Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kegiatan Ngelawang di Hari Raya Galungan

29 Februari 2024   08:24 Diperbarui: 1 Maret 2024   00:26 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Barong bangkung (sumber : FB- Dewa Putu Satria)

Hari raya menjadi momen ekspresi seni, dalam bentuk ngayah, dan agar hari raya semakin meriah. Pada tanggal 28 februari 2024. Umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan. Hari raya yang merupakan perayaan kemenangan dharma melawan kebatilan, yang dirayakan setiap 6 bulan sekali, atau 210 hari, sesuai dengan penanggalan kalender Bali. 

Selain persembahyangan yang dilakukan, aksesoris galungan seperti penjor lamak dan berbagai kuliner, dalam memeriahkan perayaan ada satu tradisi yang terus dipertahankan bahkan terus dikembangkan, yaitu kegiatan 'Ngelawang Barong Bangkung. 

Saya bersama cucu, menontonnya, tepat pada hari raya galungan di pusat Kota Semarapura, Kabupaten Klungkung, Bali. Terlihat beberapa kelompok komunitas seni anak-anak remaja, melakukan atraksi seni menghibur masyarakat  Kota Semarapura. 

Tulisan ini memberikan pemaknaan lain terhadap , apa dan bagaimana Barong Bangkung itu dilakukan. 

Barong Bangkung 

Barong adalah makhluk dan karakter mirip macan kumbang dalam mitologi Bali di Bali, Indonesia. Dia adalah raja para roh, pemimpin pasukan kebaikan, dan musuh Rangda, ratu iblis dan ibu dari semua penjaga roh dalam tradisi mitologi Bali. Pertarungan antara Barong dan Rangda ditampilkan dalam tari Barong untuk mewakili pertarungan abadi antara kebaikan dan kejahatan.

Tarian topeng binatang barong, bersama dengan tari sanghyang dianggap sebagai tarian asli Bali, kemungkinan besar sudah ada sebelum pengaruh Hindu.

Penduduk asli Indonesia keturunan Austronesia seringkali memiliki tarian topeng serupa yang mewakili roh leluhur atau alam. Contohnya adalah tari Hudoq Dayak atau praktik pemujaan beruang serupa.

Istilah barong diperkirakan berasal dari istilah lokal bahruang, yang saat ini setara dengan kata dalam bahasa Indonesia beruang yang berarti "beruang". Artinya roh baik yang berwujud binatang sebagai penjaga hutan.

Dalam mitologi Bali, roh baik diidentikkan dengan Banas Pati Raja. Banas Pati Raja adalah "saudara" atau anak roh keempat yang mendampingi seorang anak sepanjang hidupnya, yang konsepnya mirip dengan malaikat pelindung.

Banas Pati Raja adalah roh yang menjiwai Barong. Sebagai roh pelindung, ia sering digambarkan sebagai singa. Barong sering digambarkan ditemani oleh dua ekor kera.

Barong digambarkan sebagai seekor singa berkepala merah, ditutupi bulu tebal berwarna putih, dan mengenakan perhiasan berlapis emas yang dihiasi pecahan cermin.

Bentuk Barong Singa agak mirip dengan anjing Peking. Asal usul Barong sudah ada sejak dahulu kala dan masih belum pasti. Asal usulnya mungkin berasal dari pemujaan animisme, sebelum agama Hindu muncul, ketika penduduk desa masih percaya pada kekuatan supernatural pelindung hewan.

Barong Bali adalah satu di antara begitu banyak ragam seni pertunjukan Bali. Barong merupakan sebuah tarian tradisional Bali yang ditandai dengan Topeng dan kostum badan yang dapat dikenakan oleh satu atau dua orang untuk menarikannya.

Di Bali ada beberapa jenis barong yakni Barong Ket, Barong Bangkal, Barong Landung, Barong Macan, Barong Gajah, Barong Asu, Barong Brutuk, Barong Lembu, Barong Kedingkling, Barong Kambing, dan Barong Gagombrangan. Barong Bangkung merupakan salah satu jenis barong yang biasa digunakan dalam Ngelawang.

Sebagai seni pertunjukan, seniman tidak menampilkan peninggalan candi, melainkan Barong Bangkung yang dibuat secara adat.

Biasanya para peserta magang sekolah seni setempat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menunjukkan kemampuannya dalam menari dengan melakukan 'Ngelawang' di lokasi wisata. Selain untuk melatih keterampilannya, ada juga yang menjadikannya sebagai cara untuk mendapatkan uang.

Kegiatan Ngelawang

Pada mulanya Ngelawang ditulis dengan "Nglawang" yang kemudian mendapat sensualisasi (N-) yang berubah menjadi Nge- kemudian menjadi Ngelawang. Pengertiannya adalah 'mengunjungi entri' (awalan dalam bahasa Bali sama dengan awalan dalam bahasa Indonesia).

Ngelawang sendiri diambil dari kata 'lawang' yang berarti pintu. Ngelawang artinya mengetuk setiap pintu rumah warga desa dengan tujuan mengusir hal-hal negatif yang merugikan masyarakat. Tradisi ini juga diyakini mampu melindungi penduduknya dari wabah atau penyakit yang disebabkan oleh makhluk halus Bhuta.

Dalam pertunjukan dua orang penari akan mengenakan kostum barong. Kostumnya terbuat dari rangka anyaman bambu yang tahan lama namun elastis. Kemudian bingkai ditutup dengan menggunakan jubah hitam atau kain beludru berwarna gelap. 

Ornamen seperti mahkota, rambut, lonceng ditambahkan untuk menonjolkan sosok megahnya. Seorang penari akan bertugas sebagai kepala barong, dan seorang lagi bertugas menarikan bagian belakang barong. Mereka harus memiliki koordinasi yang baik, agar karakter dan gerak tubuh Bangkung secara keseluruhan dapat bergerak secara natural.

Awalnya ngelawang merupakan kegiatan ritual sakral yang sebagian orang menyebutnya sebagai ritual magis. Dikategorikan sebagai Tari Wali atau pertunjukan tari suci. Makhluk mitologi, berkaki empat, berambut hitam, dan mukanya mirip babi hutan. Namanya Barong Bangkung. Masyarakat Bali mempercayai Barong sebagai makhluk mitos, representasi Tuhan, untuk melindungi alam semesta dari murka Dewi Durga

Ngelawang Barong Bangkung dilakukan sebelum atau sesudah Kuningan dan sebelum Galungan. Di sela-sela dua hari suci tersebut, anak-anak dan remaja berkeliling desa dan memainkan tari Barong Bangkung.

Dalam tradisi Ngelawang, suara Barong Bangkung dan gamelan digunakan sebagai media utama untuk menolak roh jahat. Mereka berharap semoga Bhuta Kala dengan segala kekuatan yang dimilikinya dapat kembali ke tempatnya tanpa menimbulkan kerugian apapun di dunia.

Konon, Ngelawang berawal dari mitologi Dewi Ulun Danu yang berubah menjadi Barong Bangkung (sosok babi barong) berbentuk raksasa. Dia membantu penduduk desa di Bali mengusir roh jahat dan menyembuhkan wabah. Dahulu, ritual ini bersifat sakral. Apabila bulu-bulu barong tersebut berserakan, maka warga akan memungutnya sebagai barang pembawa keberuntungan.

Dalam Ngelawang Barong Bangkung, Barong berbentuk Bangkung (babi tua) dimainkan oleh dua orang. Musiknya agak berbeda dengan musik tari barong lainnya di Bali. Musik dalam Ngelawang Barong Bangkung cenderung berirama dan dinamis.

Ngelawang Saat Ini

Dalam perjalanannya, kesenian Barong Bangkung maupun ngelawang berkembang tidak hanya sebatas seni tari sakral, tetapi juga sebagai seni pertunjukan. Sang seniman menggunakan Barong Bangkung buatan adat bukan peninggalan pura.

Di beberapa kawasan wisata kita bisa melihat penampilan Barong Bangkung yang dipentaskan dalam bentuk street performance. Para penarinya tak lain adalah siswa sekolah seni terdekat. Mereka memanfaatkan momen tersebut untuk melatih rasa percaya diri dan keterampilannya dalam menari, hingga membiasakan tampil di depan publik.

Latihan menari di tengah keramaian akan membuat mereka akrab dengan penontonnya; Sehingga kelak mereka bisa melaksanakan ibadah dengan baik (Ngayah) pada saat upacara keagamaan. Ada juga yang melakukannya untuk mengisi waktu luang sepulang sekolah, atau untuk mencari uang saku tambahan.

Sebagai Tari Balih Balihan, Ngelawang adalah pertunjukan yang serius namun bisa dinikmati dengan santai. Penonton tidak perlu duduk kaku di tempatnya. Mereka mungkin berjongkok, berdiri, bersentuhan atau bahkan terlibat bersama sambil menikmati alam bebas bersama artis. Hampir tidak ada jarak antara artis dan penonton, semuanya melebur dan menyatu. Kehadiran seni pertunjukan tidak terikat oleh tempat, ruang dan waktu

Fungsi Seni Pertunjukan Barong Bangkung

Pada Manis Galungan, sehari setelah masyarakat Bali memperingati kemenangan Dharma melawan Adharma, Sekelompok gamelan meriah berbunyi mengiringi Barong Bangkung, untuk melakukan ritual mengusir energi negatif dan wabah penyakit di desa melalui Ngelawang.

Barong Bangkung merupakan seni tari yang dipentaskan secara berkelompok. Terdiri dari kurang lebih dua belas orang. Penarinya biasanya laki-laki berusia 12-17 tahun. 

Masyarakat Bali merupakan masyarakat kosmosentris, di mana mereka mempercayai Bangkung atau Tabur, sebagai wujud Dewa Siwa dalam menjaga bumi.

Dalam perkembangannya, seni Barong Bangkung dan juga Ngelawang berkembang tidak hanya sebatas seni tari sakral saja, namun juga sebagai seni pertunjukan. Masyarakat melakukan Ngelawang dengan menggunakan Barong Bangkung atau tokoh suci lainnya sebagai ungkapan pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

Seni dan Hari Raya, Ruang Kreativitas yang Terus Tumbuh

Bali, tradisinya memberikan ruang bertumbuh kreativitas yang tinggi. Itu sebabnya Barong Bangkung dan Ngelawang memberikan ruang pada kreativitas.

Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang ditandai dengan orisinalitas dan relatif berbeda dengan apa yang telah ada untuk menggerakkan kemajuan manusia di bidang pengetahuan dan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada.

Di dalam bingkai itu, Tidak hanya memberikan manfaat langsung bagi kesehatan mental, kreativitas dalam seni juga memiliki dampak penting dalam mendorong inovasi dan kemajuan di berbagai bidang kehidupan.

Seni menawarkan pengalih perhatian yang indah. Seni dapat melepaskan diri dari stres dan memusatkan perhatian pada pemandangan dan perspektif alternatif yang sering terabaikan. Seni memberikan energi dan membantu mengingatkan untuk terlepas dari kerepotan sehari-hari yang kronis. Seni mengingatkan orang jika di dunia masih ada hal yang indah.

Dalam bingkai itulah maka, seni pementasan dalam bentuk Ngelawang Barong Bangkung menjadi terapi sekaligus memberikan dorongan untuk terus berkarya, sehingga menghasilkan seni pertunjukkan yang semakin menarik. 

 Tradisi Ngelawang merupakan bagian dari praktik sehari-hari masyarakat Bali. Ngelawang , diyakini sebagai tradisi untuk mencegah hal-hal buruk. Masyarakat menari Barong Bangkung berkeliling desa dengan seperangkat alat musik. Akan sangat mudah ditemukan di desa-desa di bali. 

Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan. Moga rahayu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun