Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kemarin Kita di Sini, Besok Juga di Sini

19 April 2021   09:01 Diperbarui: 19 April 2021   09:04 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam perjalanan ke Desa di balik bukit, pemandangan memang indah. Saya bertemu dengan teman saya. Dia hidup menjadi petani dan peladang sekaligus beternak, ia sudah memiliki banyak cucu, aneka ragam perilaku  membuatnya bahagia. Saya diminta bertandang ke rumahnya, hidupnya damai, ritual dan keajekan kultur  tetap terjadi.  Desa  membuatnya tetap tenang, ramah dan sopan , tidak sombong, selalu bersyukur, saya sangat takzim dengannya.

 Dia bercerita ketika di SD, kelas-kelas awal, sama-sama  mencari batu ke sungai dengan jarak  3 km . Batu itu untuk membuat pagar sekolah. Semua  ini dilakukan tentu karena perintah kepala sekolah kala itu, sebab pagar sekolah kami memang belum berpagar.  Mencari batu, atau menyapu halaman, serta berkebun di sekolah, menjadi kegiatan rutin kami. Guru kami tak pernah khawatir , kekurangan jam mengajar.

Kini, jangankan  di suruh cari batu, menyapu halaman kadang tidak, sudah ada cleaning service. Anak-anak  harus duduk manis dan belajar, titik. Kita bisa lihat, anak-anak kini tak bisa menyapu, kadang tidak peduli lingkungan. Jangankan anak SD, mahasiswa kadang di tempat kost nya, kertas bekas, pembungkus nasi berhamburan di halaman mereka, semua tak peduli, karena merasa mereka sudah bayar. Pendidikan berada di titik kritis.

Pendidikan kadang menjadi terdakwa, ketidakmampuannya beradaptasi terhadap laju perubahan untuk sosok manusia , yang fleksibel menghadapi riak kehidupan. Kehidupan yang kian jenuh, musim-musim tak ramah, seakan menjadi duri-duri perjalanan sejarah manusia. Walaupun mentari pagi bersinar terang, hari raya  bersiklus tak pernah berhenti, inovasi budaya dan  teknologi  menuju titik keseimbangan baru, dan  terus bergulir seperti aliran air jernih di sungai-sungai yang rimbun dan teduh.

Di bingkai itu manusia banyak belajar, bahwa tak ada yang terus bertahan, fleksibilitas menjadi karakter penting menghadapi dunia yang terus hadir dengan gelombang dan badai. Tetua zaman dahulu bercerita banyak, bahwa karakter manusia yang membawa cahaya kebajikan selalu tidak banyak dan bisa dihitung dengan jari.

Namun sejarah mencatat yang sangat sedikit itulah yang menyelamatkan keadaan. Ajaklah orang-orang yang jumlahnya sedikit itu untuk menjalani rasa sakit setulus dan sehalus mungkin. Sebab hinaan datang terus bertubi dalam kondisi kepahitan hidup, membuat kita berjalan untuk memandang kita sedang dibersihkan, seperti layaknya pemurnian emas dengan proses pembakaran.

 Manusia tak sendiri, dalam bumi yang kian terasa mengagetkan, perubahan demi perubahan mendadak, mengubur banyak impian, memporak-porandakan fondasi peradaban, disrupsi semakin banyak, dan manusia kerap kehilangan nalar untuk memaknai perubahan. Sebab perubahan kata Winston Churchill Perdana Menteri Inggris Raya "Untuk meningkatkan itu berarti berubah; menjadi sempurna itu berarti sering berubah" katanya  dalam suatu kesempatan.

 Di terminal itu, maka hidup manusia, yang singkat ini banyak yang memberikan judul, "sebagai panggung sandiwara" sebuah panggung, yang cepat berlalu, karena yang kekal adalah perubahan, "Konsekuensinya, "Jika kita tidak berubah, kita tidak tumbuh. Jika kita tidak tumbuh, kita tidak benar-benar hidup.

Kembali ke taman saya tadi, Desa juga mengami perubahan , walaupun tidak banyak namun tetap seimbang, tidak revolusioner, namun evolutif.

Maka sangat  cocok teman saya berkata, "Saya menganggapnya sebagai bagian terbaik dari pendidikan, telah dilahirkan dan dibesarkan di pedesaan" katanya dengan serius.

Sebait pesan indah terus mengiang, yakni, manusia harus cerdas. Kecerdasan adalah kemampuan beradaptasi terhadap perubahan.  Beradaptasi membutuhkan cara pandang, keluwesan dan kesabaran, sebab hidup hanya akan berubah ketika Anda menjadi lebih berkomitmen pada impian Anda daripada berada di zona nyaman anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun