Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selamat Hari Raya Nyepi, Tahun Saka 1942

24 Maret 2020   14:51 Diperbarui: 24 Maret 2020   23:13 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pencerahan ini akan mengungkapkan Parama-atma, Atma Mahatinggi atau kesadaran semesta. Maka manusia demikian disebut dengan orang sadu, Tuhan berjanji seperti tergurat indah dalam Bhagawad Gita (IV.8)" Paritranaya sadhunam vinasaya ca duskritam dharma-samsthapanarthaya sambhavami yuge yuge, (Demi untuk melindungi para sadhu (orang-orang suci) serta untuk memusnahkan orang-orang jahat dan demi untuk menegakkan dharma (kebajikan), Aku menjelma dari masa ke masa"

Namun, ketika jiwa yang berlagak, sombong dan pamerih, penuh ego, merupakan krikil-krikil tajam memasuki zone  ikhlas itu, menapakinya, harus mampu melepaskan 'keinginan' dan uang dan kekayaan tak bisa menyelamat kan  manusia, kerap  bagi mereka yang telah masuk ke zona ikhlas itu, uang dan kekayaan pangkal kehancuran, melepaskannya, atau menukarkannya untuk sedekah adalah salah satu cara membuat energi pendorong yang tinggi  bagi jiwa anda memasuki zone ikhlas itu.

Sejalan dengan itu, dalam kita suci Weda, tergurat, Yat vc nivartant aprpya manas saha," artinya, 'Perkataan dan pikiran tidak dapat melukiskan Brahman'.Tuhan yang maha kasih. Oleh sebab itu, Kasih sejati adalah sifat Tuhan. Kasih sejati itu seperti kompas pelaut. Di mana pun kompas itu diletakkan, jarumnya akan selalu menunjuk arah utara. Demikian pula prinsip kasih sejati yang abadi selalu mengalir kepada Tuhan dalam segala keadaan. Sebagaimana minyak membuat pelita menyala, kasih membuat hidup jadi semarak.

Kerap kasih dan cinta sulit dibedakan, sejatinya cinta duniawi itu bukan kasih, itu tidak dapat disebut kasih. Cinta di antara orang tua dan anak-anak mereka, antara istri dan suami itu tidak lain daripada kelekatan atau rasa sayang (anuraga); ini bukan kasih sejati. Sesungguhnya cinta duniawi itu hanyalah kelekatan fisik, dan tidak berhubungan dengan diri sejati. 

Cinta duniawi itu bisa disebut sejenis moha 'delusi atau ketergila-gilaan' membantu orang lain dengan sedekah harta atau uang, baik, namun  lebih baik membatu orang  dengan  mengurangi dan membatasi keinginan kita. Kita  memiliki keinginan yang seharga  Rp 5000, namun karena kita membantu orang lain  dalam bentuk sedekah Rp  4000, maka keinginan dilaksanakan  hanya seharga  Rp 1000,walaupun kita  memiliki uang yang lain untuk memenuhi keinginan yang seharga Rp 5000 itu. Inilah wujud pereduksian keinginan, dengan tidak mengobralnya, walaupun kita sudah  bersedekah, keinginan tetap dibatasi.

Uang/harta, jabatan itu bersifat sementara, dan terus berubah, itu sebabnya, Orang-orang mencintai badan jasmani, kedudukan, dan kekuasaan seharusnya bertanya , Berapa lama semua ini bertahan? Tidak lama, setelah itu kita tinggalkan, Karena semua ini bersifat sementara dan fana, maka cinta yang berkaitan dengan hal-hal ini juga bersifat sementara.

Sesungguhnya ini tidak dapat disebut kasih. Manusia menyia-nyiakan hidupnya karena menganggap hal ini sebagai kasih sejati. Kasih sejati sangat suci, tanpa pamrih, tanpa rasa keakuan, dan penuh kebahagiaan jiwa. Kasih yang demikian suci dan luhur itu hanya dapat dipahami melalui kasih. Mengingat, memikirkan, dan merenungkan pertalian duniawi serta jasmani itu bukan kasih.

Semua pertalian duniawi ini datang dan pergi. Kasih sejati yang abadi mekar di dalam hati. Kasih sejati ini tidak timbul dari suatu tempat; kasih ini meliputi segala sesuatu dan selalu ada. Jadi, mengapa manusia tidak mampu menyadari prinsip kasih yang selalu meluas ini di dalam hatinya?

Yad yad hi dharmasya Glnir-bhavati Bhrata, Abhy-utthnam-adharmasya Tad-tmnam srjmy-aham. (Sloka bahasa Sanskerta). Oh Bhrata (Arjuna)! Bila darma merosot, dan kejahatan meningkat, maka Aku menjelma di dunia.

Kasih Tuhan itu tidak berubah, sedangkan cinta duniawi terus menerus berubah dan penuh delusi (bhrama).

Selama ada bhrama, manusia tidak akan pernah dapat menghayati Brahma (Yang Mahatinggi). Manusia  hanya dapat mencapai kasih sejati yang abadi ini bila   kita jaga agar hati ini   selalu mantap dan suci.  Ada empat yang mesti dilakukan Batasi keinginan Pertama, tentang makanan,  Kedua, perihal uang,  Ketiga, perihal waktu. Kempat, energi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun