Mohon tunggu...
Inung Kurnia
Inung Kurnia Mohon Tunggu... Penulis - Gemar berbagi kebaikan melalui tulisan

Ibu dari Key dan Rindang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Terlibat Konflik di Group WA, Ini 10 Langkah yang Bisa Kamu Coba!

11 Oktober 2022   13:07 Diperbarui: 20 Oktober 2022   03:09 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampilan opsi See Past Participants buat cek anggota yang keluar grup WA.(KOMPAS.com/Zulfikar)

Jam menunjukkan pukul 3 sore, ketika ruas Jalan Mampang Raya mulai padat. Sedikit gerimis, membuat pesepeda motor memacu kendaraannya lebih cepat dari biasa.

Saya yang juga naik motor, memilih ambil jalan 'tikus' melalui jalanan kampung dan gang-gang sempit. Tujuannya ingin segera sampai rumah tanpa perlu dihadang kemacetan di lampu merah. Rebahan sebentar lalu mandi dan menjemput bocah pulang sekolah.

Tetapi ketika saya mengecek layar hape, ada pesan masuk ke jaringan pribadi. Pesan yang disertai hasil screenshoot obrolan di group WA Makmak yang cuma beranggotakan 5 orang. Entah apa urgensinya dibikin group waktu itu. Tetapi memang isi obrolannya tidak akan jauh dari seputar urusan anak-anak dan bercandaan gaya makmak.

Kembali ke masalah pesan pribadi, saya mengamati hasil screenschoot dari group sebelah yang kebetulan kami berlima juga ada. 

Sebenarnya tidak terlalu serius persoalannya, tetapi ketika badan saya masih lelah dan membaca pesan tersebut, tanpa pikir panjang saya berkomentar di group. Komentarnya datar saja menurut saya. Masih disertai emoji tertawa, tersenyum dan gambar tangan menelungkup tanda minta maaf. Seperti biasa, gaya bercanda antar makmak yang sudah sekian lama terikat dalam satu group WA.

Entah mengapa, tiba-tiba satu makmak tersinggung dan tanpa babibu langsung memutuskan keluar dari group. 

Saya, masih sempat bercanda mengomentari niatnya keluar dari group. Tapi fatal, candaan saya ternyata dimasukkan dalam ranah super serius. Emoji yang melekat berderet-deret tidak dianggap sebagai sebuah bahasa yang mewakili sikap dan gestur tubuh saya.

Tidak sampai 10 menit, group WA yang sudah berusia hampir dua tahun itu pun bubar. Satu persatu anggotanya keluar. Termasuk saya pun akhirnya minta ijin keluar. Terakhir tinggal admin saja yang jadi penunggu group. Hahahaha

Merasa saya jadi sumber masalah, akhirnya saya mengalah menghubungi si makmak yang tersinggung berat melalui jaringan pribadi. Tapi apa daya, si makmak yang ngambekan itu memilih tidak membaca pesan saya. Bisa jadi chat saya langsung dihapus. Yang ada kemudian, si makmak ini bikin status yang aneh-aneh, curhat tak berkesudahan, sambung menyambung. Berderet-deret status WA-nya, macam cerbung.

Menjelang malam, si admin japri saya. Meminta nggak usah diungkit dulu persoalan bubaran group. Biar adem dulu katanya. Saya yang memang memutuskan untuk cuek setelah mencoba meminta maaf pun setuju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun