Mohon tunggu...
Hamka Pakka
Hamka Pakka Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menulis Tanpa Tinta, Mencinta Tanpa Mengada

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sabda Perempuan

28 November 2021   14:35 Diperbarui: 28 November 2021   14:42 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semalam penulis memandu jalannya kegiatan Diskusi Buku (Disbuk) yang digelar IMB via live streaming instagram dengan judul buku Analisis Gender dan Transformasi Sosial yang ditulis Mansour Fakih.

Penulis mencoba menelaah apa yang disampaikan penelaah  terkait buku yang ditulis Mansour Fakih. Ia menilai buku itu mencoba merekonstruksi kesalahan paradigma tentang gender yang beredar di tengah masyarakat yang menurutnya menimbulkan ketidakadilan gender.

Tengah diskusi kami berlangsung, salah satu netizen (pengguna akun medsos) menyampaikan keluh kesahnya terkait adanya ketidak adilan gender terjadi di lingkup keluarga.

" Jujur saja kak, banyak perempuan yang mengeluh, khususnya yang berhimpun bersama kami terkait tidak adanya kebebasan yang diberikan kepada kami (kaum perempuan) untuk berkegiatan positif pada malam hari, anggapannya kami ini perempuan tidak bisa jaga diri, ditambah jika kita sering keluar malam dikiranya perempuan tidak baik-baik,  " tutur Ibecce (nama samaran).

Pernyataan diatas bukan curhatan baru. Kaum perempuan (pemudi) sering terpenjara akibat paradigma itu yang beredar ditengah masyarakat, baik masyarakat menilai mereka (perempuan) yang masih berkeluyuran ditengah malam merupakan seorang Pekerja Seks Komersial (PSK) atau perempuan ketika berkeluyuran ditengah malam rawan jadi korban tindak criminal.   

Lantas, salahkah masyarakat berpikir seperti itu ? Salahkah mereka memilih sebagai seorang PSK ? atau salahkah Negara tidak memberikan hak kemanan terhadap warganya ? penulis rasa tuan dan puan lebih paham jawabannya.

Paradigma masyarakat tentang hal di atas sangat dipengaruhi dari fenomena social yang terjadi di sekitarannya, baik itu munculnya informasi tindak criminal yang kerapkali perempuan menjadi mangsanya, atau semakin suburnya profesi amoral. Ditambah era postruth yang semakin mejerah di tengah lemahnya budaya literasi yang ada.

Tentu hal ini Negara sangat berperan penting dalam menciptakan tatanan social yang berkeadilan dan berperadaban. Sehingga sabda-sabda yang sering dilontarkan oleh orang-orang seperti Ibecce tidaklah lagi ada.

 

" Tuhan Salahkah Aku Terlahir Sebagai Seorang Perempuan. Kok Rasa-rasanya Keadilan Hanyalah Semboyang Impian, " Sidrap, 28 November 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun