Ayahanda begitu dermawannya kalau masalah ilmu apapun yang beliau punya. Kisah Ayahanda selalu menjadi inspirasi untuk saya agar terus berbagi sebisa saya salah satunya melalui tulisan ini.
Setelah penanaman selesai. Kami keluarga besar dan tetangga di kebun nenek, mengadakan Botram atau makan-makan bersama ditengah kesejukan daerah pegunungan yang asri. Tetangga semua senang dengan keramahan dan derma keluarga besar Nenek, ikatan kekeluargaan dan persaudaraan yang begitu hangat melengkapi atmosfer kehidupan di kampung halaman nenek.
Walau sudah ramai pembangungan Villa yang bising dengan suara karaoke di Kampung Halaman Nenek. Tapi masyarakat tidak mengeluhkan pembangunan Villa tersebut, kebisingan seperti teriakan keras bahagia dan volume keras dari karaoke senantiasa mengisi hari hari libur.
Fenomena ini sudah biasa bagi beliau semua masyarakat kampung halaman Nenek. Memang manusia adakalanya membutuhkan hiburan pelepas penat dari hiruk pikuk kehidupan kota. Harapan untuk saling menghargai dan menghormati selalu ada di sanubari tuan rumah kediaman kampung halaman nenek. Semoga beliau yang sedang berlibur sadar akan hal kenyamanan bersama.
Awan terlihat mendung. Pergerakan angin tidak biasa. Sepertinya hujan akan turun. Kami pun bergegas pulang ke rumah kami di Kota Cimahi tercinta. Saya dan Ayah menggunakan motor, sementara Nenek, Bibi, Ibunda dan si Bungsu anak Bibi diantar pulang oleh Uwa saya menggunakan mobil.
Sekian cerita petualangan kami hari ini.
Disclaimer: Karena ini adalah bisnis Ayahanda dan Ibunda. Saya tidak bisa mengintervensi untuk menjual alpukat ini kepada Sahabat Kompasianer tercinta. Karena bukan wewenang saya mengelola bisnis ini, saya hanyalah seorang kuli panggul dalam bisnis ini. Maaf sahabatku yang kusayangi.
Semoga bermanfaat!
Tertanda.
Rian.
Cimahi, 18 September 2022.
Indrian Safka Fauzi untuk Kompasiana.
For our spirit... Never Die!