Mohon tunggu...
Intan KusumaWardani
Intan KusumaWardani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

INTP

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dunia Twitter dan Perilaku Fanatisme yang Berlebih

19 Juni 2022   06:07 Diperbarui: 19 Juni 2022   06:16 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Twitter merupakan situs jejaring sosial online yang digunakan untuk orang-orang berkomunikasi dalam pesan singkat yang sering disebut "kicauan". Twitter digunakan pengguna sosial media untuk mendapatkan info atau isu terbaru dengan cepat, tempat berkomunikasi dengan orang atau teman jauh yang biasa dikenal dengan sebutan moots.

Fanatisme sendiri dapat diartikan sebagai suatu sikap atau perilaku ketika seseorang menunjukkan ketertarikan terhadap sesuatu secara berlebihan. 

Dalam dunia K-Pop, perilaku fanatisme menjadi hal yang lumrah terjadi pada platform Twitter. Biasanya perilaku tersebut dipicu oleh adanya rasa cinta yang berlebih yang ditujukan kepada idolanya. Beberapa oknum bahkan kelompok fandom yang memiliki sikap fanatik sering menimbulkan keributan, seperti saling melontarkan ujaran kebencian melalui hate comment yang pada akhirnya menimbulkan fanwar antar fandom K-Pop.

Contoh isu yang tersebar luas ialah kasus seorang oknum sebagai solo stan yang menghakimi salah satu personil boy band dan kemudian terlacak oleh fans lain. 

Fenomena tersebut kian memanas ketika salah seorang solo stan juga yang berumur jauh lebih dewasa ikut menghakimi oknum pemicu fanwar. Dalam kasus tersebut, keduanya sama-sama bersalah. Mereka kurang bijak dalam menggunakan platform Twitter dengan baik dikarenakan rasa ego dan fanatiknya yang membuat mereka buta akan fasilitas positif yang dapat dimanfaatkan dalam bermain sosial media Twitter.

Lalu, hal lain pemicu keributan di Twitter adalah terlalu membanggakan idolanya. Kurangnya sikap suportif dan merasa idolanya paling sempurna yang merupakan sikap fanatik pula. 

Padahal, pencapaian yang dimiliki grup idol adalah berbeda-beda sehingga antar fandom tidak perlu meributkan apabila mereka memiliki pemikiran yang terbuka dan dewasa dengan hobi yang mereka lakukan.

Menurut saya, sikap fanatisme tidak memandang umur, ras, agama, maupun golongan. Mereka saling beradu argumen tanpa berpikir benar atau salah. Memang benar, rasa loyalitas yang dimiliki fans K-Pop sangat besar. 

Dukungan yang mereka berikan juga tulus dan tanpa pamrih. Namun dibalik itu, sewajarnya fans ialah cukup dengan support dan menikmati karya-karya idolanya. Sehingga akan tercipta rasa damai dan aman dalam berseluncur di media Twitter.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun