Mohon tunggu...
Lydia Saraswati
Lydia Saraswati Mohon Tunggu... Pekerja admin yang merangkap menjadi seorang imajinator

Sarjana teknik yang tertarik pada bidang tulis menulis, dan disinilah menjadi tempat menaruh ketertarikan hal tersebut. Dan mari kira nikmati bersama

Selanjutnya

Tutup

Film

Stranger Things : About wounds, self-discovery and love

24 Juli 2025   20:34 Diperbarui: 24 Juli 2025   20:34 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2025 akan menjadi akhir perjalanan antara Hawkins dan Upside Down.

Flashback ke tahun 2019, saat saya baru lulus kuliah dan menerima gaji pertama. 

Hal pertama yang saya lakukan? Berlangganan Netflix---demi menonton serial fenomenal berjudul : Stranger Things. Siapa sangka, ternyata serial ini bukan sekadar hiburan. 

Ia justru menjadi saksi hidup perjalanan Millie Bobby Brown dan kawan-kawan... juga perjalanan saya sendiri.

Kisah dalam serial ini adalah proses pencarian jati diri---yang dibalut dengan rasa takut, luka, perjuangan, hingga akhirnya... cinta yang seutuhnya.

Will Byers : Diam, tapi tak pernah menyerah

Kita mulai dari sosok William Byers. Ia adalah sosok yang pendiam, namun tidak menyerah saat terjebak di Upside Down, maupun saat dirasuki oleh Mind Flayer.

Will mungkin bukan tokoh utama, tapi dia adalah roh dari Stranger Things. 

Ia adalah contoh nyata bagaimana seseorang tetap bisa bertahan dalam gelap, selama ia memiliki support system dan cinta yang tulus. Sosok seperti Joyce Byers---ibunya, Jonathan---kakaknya, serta sahabat-sahabatnya, menjadi cahaya dalam gelap yang memeluk Will.

Saat kehilangan ingatan dan kendali di season 2, satu-satunya yang masih ada dalam ingatan Will adalah ibunya---Joyce---dan sahabatnya, Mike.

Dengan sisa tenaga yang ia punya, Will tetap berjuang untuk sadar di tengah kerasukannya oleh Mind Flayer. Dan dari situ, saya sadar:

Di kegelapan terdalam sekalipun, cinta yang tulus selalu punya tempat khusus. Dan kekuatan sejati tidak selalu datang dari suara yang lantang, tapi dari hati yang tak pernah menyerah.

Billy Hargrove : Luka, Amarah & Pengorbanan

Kemudian ada Billy Hargrove---kakak tiri Max Mayfield. Sosoknya keras, kasar, penuh luka... dan di balik semua itu, sangat kompleks.

Billy tumbuh dalam lingkungan tanpa kasih sayang. 

Ayahnya memperlakukannya dengan keras, dan itu membuat ia dipenuhi oleh amarah dan luka yang tidak pernah sembuh. Dan yang lebih menyakitkan: Billy tidak memiliki support system yang bisa membantunya pulih.

Itulah mengapa, saat di season 3 jiwanya ditarik dan dikendalikan oleh Mind Flayer, karena ia begitu mudah tenggelam dalam kegelapan.

Namun pada episode terakhir, The Battle of Starcourt, sebuah momen menyentuh terjadi. Ketika Eleven menyentuh memori baik Billy---tentang ibunya--- ia kembali merasakan cinta. Cahaya kecil itu menyala... dan untuk sesaat, cukup untuk membuat Billy melawan Mind Flyer.

Sehingga tanpa sadar, ia telah menyelamatkan Eleven...

Karakter Billy menunjukkan bahwa,

Sentuhan kasih yang tepat, meski hanya sekejap, mampu menyalakan cahaya di sisi tergelap diri kita.

Vecna: Kejahatan yang Dibentuk dari Luka dan Kekecewaan

Pada musim keempat, terungkaplah dalang dari semua kerasukan yang dialami Will dan Billy... Sosok menyeramkan bernama Vecna, atau One, atau yang memiliki nama asli: Henry.

Ia adalah subjek awal dari eksperimen Dr. Martin Brenner di Hawkins Lab---eksperimen tentang kekuatan telekinesis. 

Sayangnya, Henry dianggap sebagai "eksperimen gagal."

Kegagalan itu membentuk luka yang sangat dalam dalam dirinya. Henry mulai percaya bahwa dunia sudah terlalu rusak. 

Bahwa orang-orang seperti Dr. Brenner memperlakukan manusia sebagai alat. Dan dari keyakinan itulah lahir trauma---lubang hitam yang dalam---yang pelan-pelan berubah menjadi dendam.

Saat ia dihantam oleh kekuatan Eleven dan terlempar ke Upside Down, ia membangun sebuah dunia baru: tempat tergelap dan terdingin, hasil proyeksi dari rasa sakit dan dendamnya.

Vecna menjelma sebagai makhluk yang menyusup ke pikiran manusia---mereka yang memiliki trauma, luka, atau rasa bersalah...

Jika Eleven mengubah rasa sakitnya menjadi kekuatan untuk menyelamatkan...
Maka Vecna justru menggunakannya sebagai alasan untuk menghukum dunia


Dan dari vecna saya tahu, bawah :

Luka dan trauma yang tidak tervalidasi, bisa berubah menjadi dendam yang menghancurkan. Bukan hanya orang lain... tapi diri sendiri juga.

Eleven: Luka, Jati Diri, dan Cinta yang Menyembuhkan

Karakter utama dari serial ini: Jane Hopper, atau lebih dikenal dengan nama Eleven / El.

El adalah cerminan luka, pencarian jati diri, dan cinta yang menyembuhkan...

Awalnya, ia hanya "alat" eksperimen Dr. Brenner---dipersiapkan untuk memata-matai komunis dan menjadi tandingan kekuatan One. Brenner tahu bahwa potensi Eleven sangat luar biasa!

Namun insiden besar terjadi---portal antara Hawkins dan Upside Down terbuka karena El. 

Dari sanalah petualangan El dimulai: ia kabur dari lab, mencari makna diri, dan pelan-pelan belajar tentang emosi... dan cinta.

Ia bertemu Kali Prasad/Eight, yang membantunya memahami sisi emosional dan luka batinnya. Lalu datang Max Mayfield, yang mengajarkan El cara menjadi dirinya sendiri---tanpa dikendalikan siapa pun.

El juga pun menemukan "rumah" lewat kasih sayang tulus dari sosok Jim Hopper dan Joyce Byers.

Ia mengenal cinta dari Mike, lalu belajar mengambil keputusan dari Dr. Owens, serta memahami makna persahabatan dari Dustin dan kawan-kawan...

Dari Eleven, saya jadi paham:

Kita tidak harus menjadi seperti yang dunia inginkan. Kita punya kuasa untuk memilih---untuk menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.

Lucas, Dustin, Mike, Max, Nancy, Johnathan, Steve, Robin & Erica : The Greatest Team

Mereka bukan sekadar anak-anak yang suka bermain di bilik bawah tanah rumah Mike. 

Bukan pula remaja galau yang terjebak dalam kisah cinta segitiga : Nancy, Jonathan, Steve, dan Robin.

Mereka adalah simbol dari kesetiaan, tawa, dan keberanian.

Lucas, dengan prinsip dan keberaniannya.
Dustin, dengan kecerdasannya yang selalu jadi penentu di saat genting.
Mike, dengan loyalitas yang tak tergoyahkan.
Max, dengan ketangguhannya---meski jauh di dalam, ia menyimpan luka dan kerapuhan.

Lalu ada Erica, adik dari Lucas, yang dimana ia awalnya hanya ikut-ikutan
Tapi ternyata, ia menjadi pelengkap tim yang cerdas, tajam, dan tak bisa diremehkan. Ia mungkin kecil, tapi kontribusinya besar.

Steve, sosok dewasa yang tumbuh dari masa lalu yang egois menjadi pribadi yang penuh tanggung jawab, pelindung tak resmi tim ini.
Robin, ceplas-ceplos tapi jujur, logis, dan punya insting yang kuat.
Nancy, yang tak pernah ragu dengan keyakinannya, selalu bergerak dengan tekad dan keberanian.
Dan Jonathan, yang tenang dan reflektif---penyeimbang dari dinamika tim yang kadang chaos.

Mereka bukan hanya bertarung melawan monster seperti Vecna. 

Mereka juga berjuang melawan kehilangan, kekosongan, dan ketakutan yang sunyi. Hal-hal yang kadang lebih menakutkan dari makhluk apa pun di Upside Down.

Mereka pernah saling diam, pernah saling kesal, tapi pada akhirnya... mereka selalu kembali.
Karena persahabatan mereka bukan sekadar kebersamaan.

Tapi ketertarikan jiwa---yang menyatu karena pengalaman, luka, dan cinta yang saling menguatkan.

Penutup: Kita Semua Adalah Stranger Thing Versi Kita Sendiri

Setiap karakter punya cahayanya sendiri, dan Duffer Bros bersama Levy berhasil menyalakannya satu per satu --- bahkan sosok Argyle, yang mungkin terlihat santai, tapi tetap penting di tengah kekacauan.

Mungkin kita bukan Eleven, tapi ingin sekuat dia.
Bukan Will, tapi pernah menanggung luka dalam diam.
Bukan juga Max, tapi tahu rasanya ingin lari dari perasaan yang membelenggu.

Dan tentu saja, ingin memiliki support system seperti geng Hawkins --- yang tak hanya hadir saat tawa, tapi juga saat dunia terasa seperti Upside Down.

Kita semua adalah Stranger Thing versi kita sendiri.

Serial ini bukan hanya tentang monster, tapi tentang pertarungan dengan diri sendiri.
Dan kita masih bisa pulang dari Upside Down, selama ada satu orang yang percaya dan mencintai kita, dengan baik dan tepat...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun