Mohon tunggu...
KELOMPOK KKN 26
KELOMPOK KKN 26 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halooo, perkenalkan kami dari kelompok 26 KKN Tematik Unej Periode I Tahun 2023/2024.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjelajahi Kekuatan Alam Desa Sucopangepok: Daun Kelor dan Bayam sebagai Pahlawan Anti-Stunting

10 Januari 2024   21:15 Diperbarui: 10 Januari 2024   21:39 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  MENJELAJAHI KEKUATAN ALAM DESA SUCOPANGEPOK : DAUN KELOR DAN BAYAM SEBAGAI PAHLAWAN ANTI-STUNTING

Saat ini, mahasiswa  KKN UNEJ Kelompok 26 Periode I Tahun ajaran 2023/2024 dibawah bimbingan Ibu Dr. Esti Utarti S.P., M.Si. sedang melaksanakan pengabdian di Desa Sucopangepok, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember.

Desa Sucopangepok merupakan desa yang terletak di bagian hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Bedadung Jember, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember. Desa Sucopangepok terdiri atas 10 dusun yakni Dusun Krajan Barat, Krajan Timur, Gujuran Barat, Gujuran Timur, Cangkring, Pangepok, Arjasa, Lengkong, Pakel dan Tenap. 

Desa Sucopangepok berada di daerah perbukitan dengan ketinggian 700 mdpl dan memiliki suhu berkisar antara 23-33C dengan kondisi tanah yang subur sehingga sangat cocok dijadikan lahan pertanian yang produktif. Berbagai jenis tanaman cocok ditanam di Desa Sucopangepok ini seperti palawija, sayur-mayur hingga buah-buahan. Oleh sebab itu, Sebagian besar masyarakat di Desa ini bermata pencaharian sebagai petani. Di lain sisi permasalahan yang dihadapi masyarakat di desa yaitu stunting.

"Desa Sucopangepok menjadi desa dengan urutan ketiga dengan angka stunting tertinggi di Kecamatan Jelbuk setelah Desa Panduman dan Desa Sukojember" ujar Camat Kecamatan Jelbuk.


Stunting disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor ekonomi, faktor geografis dan faktor sosal-budaya. Faktor geografis berkaitan dengan jarak pusat desa yang jauh dari dengan pasar tradisional yang menjual bahan masakan lengkap, sehingga menyebabkan masyarakat desa mengandalkan pedagang sayur yang berjualan berkeliling. 

Hal ini menimbulkan masyarakat yang hidup di pelosok dan di atas bukit hanya mengandalkan hasil tani dan protein nabati yang mudah didapatkan di sekitar. Faktor ekonomi berkaitan dengan pendapatan masyarakat yang rendah sehingga seringkali kesulitan untuk menyajikan menu makanan yang lengkap dan bervariasi. 

Faktor sosial-budaya yang mempengaruhi  pola makan dan pola hidup masyarakat adalah kepercayaan zaman dahulu yang cenderung bersifat takhayul. Kepercayaan yang masih diakui oleh masyarakat berkaitan dengan perubahan perilaku dan fisik bayi apabila mengkonsumsi makanan tertentu seperti udang, lele dan telur. Hal tersebut mengakibatkan defisiensi zat gizi seperti protein, lemak, zat besi, vitamin A, vitamin E dan masih banyak lagi.

Faktor penyebab stunting lainnya juga dapat disebabkan oleh pernikahan dini. Pernikahan dini adalah permasalahan yang masih sering dijumpai di Desa Sucopangepok, dimana kebanyakan pernikahan yang terjadi adalah antara anak-anak dari usia 14 tahun. Ibu hamil dan ibu balita yang terbentuk dari anak-anak dibawah umur bukanlah kandidat yang baik karena tingkat pengetahuan mereka yang masih kurang dan kecerdasan emosional yang rendah untuk dapat berkomitmen pada proses kehamilan, melahirkan hingga membesarkan anak. 

Faktor lain yang mempengaruhi angka stunting adalah sanitasi atau kebersihan lingkungan terutama kurangnya penggunaan MCK (Mandi, Cuci, Kamar) yang layak. Kebanyakan masyarakat desa masih melakukan kegiatan mandi cuci kakus di sungai atau hilir di ruang terbuka.  Perilaku tersebut apabila dilakukan oleh ibu hamil atau balita menyebabkan mereka rentan terhadap penyakit. Ibu hamil yang sedang sakit umumnya akan kehilangan nafsu makan sehingga kebutuhan nutrisi tidak dapat terpenuhi, begitu juga pada balita.

Sumber: Kompas.com
Sumber: Kompas.com

Sumber: Plantanica.se
Sumber: Plantanica.se

 Salah satu upaya yang dapat dilakukan sebagai langkah pertama penurunan angka stunting adalah dengan melakukan sosialisasi atau penyuluhan terkait pentingnya pemenuhan nutrisi dan faktor-faktor yang berkontribusi pada fenomena stunting. Penggunaan sumber daya setempat seperti pemanfaatan daun kelor dan bayam dapat mencegah stunting. 

Daun kelor merupakan sayuran yang kaya akan nutrisi dan gizi seperti zat besi, protein, vitamin B6, vitamin A, vitamin B, vitamin C, magnesium, kalsium dan kalium. Sedangkan, sayur bayam mengandung zat besi yang telah teruji dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sehingga mampu mencegah stunting.

"Daun kelor bagus untuk mencegah stunting karena mengandung protein yang tinggi, zat besi, antioksidan dan lainnya tetapi pengolahannya harus tepat karena memiliki aroma khas menyengat dan banyak serat sehingga sulit diterima oleh masyarakat. 

Selain daun kelor, adek-adek juga bisa menggunakan sayur bayam karena banyak tumbuh liar dan jarang dimanfaatkan oleh masyarakat. Sayur bayam juga dapat digunakan dalam mencegah stunting karena mengandung banyak zat besi. Selain itu, sayur bayam juga bisa dikreasikan menjadi berbagai olahan masakan. Kedua potensi sumber daya setempat tersebut adek-adek bisa buat menjadi produk olahan diversifikasi pangan" ujar Bu Tria Dewi selaku Bidan di Desa Sucopangepok.

Dengan adanya potensi sumber daya setempat daun kelor dan bayam diharapkan menjadi salah satu Solusi untuk mencegah stunting. Dengan adanya potensi tersebut maka mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 26 membuat program kerja untuk mengangkat potensi yang ada menjadi produk diversifikasi pangan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat desa kedepannya guna memberikan dampak positif dalam jangka waktu panjang. 

Program kerja tersebut dibuat dengan membuat produk diversifikasi pangan seperti MPASI, stik atau ladrang kelor dan bobor bayam dengan memberikan penyuluhan serta demonstrasi-masak kepada masyarakat akan pentingnya nutrisi seimbang dan menyediakan akses mudah dengan pemanfaatan potensi alam tersebut sehingga menciptakan generasi masa depan yang sehat, kuat dan bebas stunting. 

Program kerja diversifikasi makanan sehat berbahan dasar daun kelor dan bayam telah disampaikan oleh mahasiswa KKN kepada Ibu DPL, Kepala Desa Sucopangepok, Ibu Bidan , Perangkat Desa, dan segenap Kepala Dusun dari Desa Sucopangepok pada hari Rabu, 10 Januari 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun