Mohon tunggu...
Intan Dwi Saputri
Intan Dwi Saputri Mohon Tunggu... Mahasiswa

Aku adalah seorang mahasiswa yang tertarik dengan tantangan baru, kadang kala apa yang ada dalam pikiranku berbeda dengan orang di sekitarku dan aku juga memiliki harapan besar untuk kehidupan di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ketika Organisasi Tidak Lagi Nyaman: Antara Tanggung Jawab dan Kesehatan Mental

6 Oktober 2025   06:10 Diperbarui: 6 Oktober 2025   06:29 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pernah nggak sih kamu merasa semangat banget waktu pertama kali bergabung di sebuah organisasi berharap bisa belajar banyak hal baru, menambah teman, dan berkembang? Aku juga begitu. Tapi ternyata, tidak semua organisasi memberikan ruang yang sehat untuk tumbuh. Ada kalanya justru membuat kita lelah secara batin.

Awalnya, aku pikir organisasi itu tempat yang menyenangkan: ada kerja sama, saling dukung, dan suasana kekeluargaan. Tapi seiring waktu, idealisme itu mulai runtuh. Aku mulai melihat sisi lain yang nggak pernah kubayangkan. Ada senioritas yang berlebihan, komunikasi yang sering disalahpahami, dan sistem kerja yang tidak transparan. Kadang, yang bekerja keras justru tidak terlihat, sementara yang pandai "menyenangkan atasan" malah mendapat pujian.

Pernah suatu hari setelah rapat panjang yang penuh debat. Suasana panas, banyak suara meninggi, dan walaupun beberapa orang berusaha meredam susana tetapi setiap kepala sudah panas dan kecapean, akhirnya semua pulang dengan wajah lelah. Di perjalanan pulang, aku cuma bisa berpikir, "Apakah berorganisasi memang harus seberat ini?"

Perasaan itu perlahan menggerogoti semangatku. Setiap kali ada agenda rapat, aku mulai merasa cemas. Grup chat organisasi yang dulu terasa ramai dan hangat kini justru membuatku gelisah. Aku mulai sulit fokus, cepat lelah, bahkan merasa nggak berharga. Ternyata begini rasanya mental health mulai terganggu karena lingkungan yang tidak sehat.

Dalam psikologi organisasi, suasana kerja sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan mental seseorang. Lingkungan yang tidak adil, penuh tekanan, dan minim apresiasi bisa memicu stres hingga kelelahan emosional. Kalau dibiarkan, bisa berujung pada burnout dan kelelahan yang membuat seseorang kehilangan minat dan motivasi.

Aku akhirnya menyadari, bukan berorganisasinya yang salah, tapi budaya yang terbentuk di dalamnya. Organisasi yang sehat seharusnya menjunjung keadilan, menghargai usaha, dan mendorong komunikasi terbuka. Tapi jika nilai-nilai itu hilang, maka yang tersisa hanyalah beban dan tekanan.

Sekarang aku belajar untuk lebih bijak dalam memilih lingkungan. Aku tak lagi memaksakan diri bertahan hanya karena takut dianggap tidak loyal. Kadang, meninggalkan lingkungan yang tidak sehat bukan berarti menyerah, tapi bentuk keberanian menjaga diri sendiri.

Dari pengalaman ini aku paham satu hal penting: kesehatan mental adalah hal yang tidak bisa dinegosiasikan. Lingkungan organisasi seharusnya menjadi ruang tumbuh, bukan sumber luka. Dan semoga semakin banyak organisasi yang sadar bahwa keberhasilan bukan hanya soal program, tapi juga soal manusia yang ada di dalamnya. 

Tulisan ini tidak tertuju kesuatu organisasi tertentu ya teman teman, aku harap semoga kita sama sama maju dan berkembang untuk kedepannya :)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun