Breaking News Kompas TV di Youtube membuatku terhenyak, beritanya: "Pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama Wafat". Â Segera ku ucapkan Rest in Peace, pak Jakob. Innalillahi.Â
Kami sekeluarga termasuk ibuku yang sepuh berusia 78 tahun segera menyaksikan Kompas TV dan kami sibuk dengan pikiran kami masing-masing. Â Kenang-kenangan akan karya beliau yaitu media Kompas, intisari dan Bobo sungguh mewarnai kehidupan kami, hanya satu keluarga sederhana.
Ingatanku melayang pada kenangan akan kehadiran majalah Bobo dalam hidupku saat sekolah dasar, dengan banyak tokoh seperti Bobo, Coreng, Upik, Emak, Bapak, si Sirik, Juwita, Nirmala, Oki, Paman Gembul, Bona, Rong-rong. Â Aku dan para adikku sangat girang bila Pak Tua bersepeda mengantar majalah Bobo.Â
Namun sesungguhnya harian Kompas dan Intisasi yang terbit bulanan justru yang terlebih dahulu mewarnai hidupku. Ya, bapak dan ibuku adalah pembaca setia kedua media tersebut. Yang lebih ekstrim adalah ibuku, yang bahkan rela menghapus uang jajan kami para anaknya demi dapat tetap berlangganan Kompas, Intisari dan Bobo.Â
Sejak sekolah dasar, saya dan adik-adik sangat jarang bahkan hampir tidak pernah jajan di sekolah, namun koran Kompas, Intisari dan Bobo tetap terjamin hadir di rumah sederhana kami.
Kini aku mengerti, ibuku telah menanamkan budaya cinta membaca, meski dengan cara keras yaitu memaksa bahkan dengan dingin memotong uang saku kami para anaknya.
Kami tidak punya pilihan lain, mau-tidak-mau, suka-atau-tidak suka yaa harus membaca sajian rutin di rumah kami yaitu Kompas, Intisari dan Bobo. Hal ini tidak bisa tepatnya tidak tega saya terapkan pada putra saya dan hasilnya putra saya tidak suka membaca.Â
Peristiwa di tahun 1976 atau 1977 sangat membekas dalam ingatanku yang kala itu berumur 7 tahun atau 8 tahun. Betapa tidak, kala itu adik-adikku ingin makan brondong manis yang dijual pedagang pikulan lewat di depan rumah, apa daya aku tidak memiliki uang. Pedagang itu juga menerima koran bekas kiloan, namun koran bekas baru saja kemarin dijual ibuku.Â
Tiba-tiba aku ingat, aha!... tadi siang ku lihat masih ada koran Kompas 1 eksemplar di atas lemari pakaian. Segera aku mencari kursi dan naik mengambil koran tersebut. Betapa bangganya berhasil menukarkan 1 eksemplar koran dengan 3 bungkus brondong manis, pas untuk kami bertiga cemal-cemil di sore yang panas dan kami main tamu-tamuan dengan membuat air sirup merah.
Saat asik menikmati berondong manis dan air sirup merah, tiba-tiba kami dengar suara ibuku menggelegar mencari-cari koran Kompas yang ternyata Kompas baru!!!
Astaga, kami bertiga langsung berpandangan penuh rasa takut. Â Sebagai kakak tertua, akulah yang menjadi tumpuan kesalahan. Â Habis aku dimarahi ibuku dan mendapat hukuman tidak boleh keluar rumah alias dikerem mendekam di dalam rumah, tidak boleh main keluar rumah selama 1 minggu. Adik-adikku? Yah mereka bebas dari hukuman, karena akulah si Pencetus Ide, Aktor Utama sekaligus sang Eksekutor peristiwa ini.