Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Ngamik Bini": Tradisi Menjemput Calon Istri dalam Suku Dayak Desa

11 November 2021   13:02 Diperbarui: 11 November 2021   13:09 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga kampung sedang beramai-ramai menjemput calon mempelai perempuan. Terlihat seorang kepala rombongan berjalan di depan diikuti para penabuh tawak (Dokumen pribadi milik Gregorius Nyaming)

Penggunaan tawak, gong, juga hal lain yang mau menunjukkan diindahkannya aturan adat. Dalam masyarakat Dayak secara umum, tawak selalu digunakan dalam beragam upacara dan pesta adat. Karena itu, apa pesan yang mau disampaikan mesti selalu dilihat dalam konteks apa dia digunakan.

Dalam adat ngamik bini, tawak dibunyikan secara bersahut-sahutan sepanjang perjalanan dengan tujuan menambah semaraknya suasana. Tawak juga menjadi sarana informasi dan komunikasi baik dengan pihak calon istri saat penjemputan maupun dengan pihak calon suami saat nanti kembali dari penjemputan.

Saat penjemputan, bila suara tawak sudah mulai terdengar sayup-sayup dari kejauhan itu tandanya rombongan sudah mulai mendekat. 

Yang artinya juga calon istri beserta keluarga besarnya harus bersiap-siap menyambut kedatangan mereka. Hal yang sama juga berlaku bagi calon suami dan seluruh keluarga besar ketika nanti rombongan penjemput calon mempelai kembali.

Sekarang masyarakat sudah sangat terbantu dengan kemajuan teknologi informasi. Meski demikian, peran sosio-kultural dan religius tawak tidak akan pernah dapat tergantikan.

Apakah tawak juga berfungsi untuk menghalau segala hal jahat yang dapat mengganggu kelancaran proses ngamik bini? Karena itu harus dibunyikan sepanjang perjalanan? Bisa jadi. 

Tawak oleh masyarakat Dayak dijadikan sebagai sarana komunikasi dengan roh leluhur. Dengan membunyikannya, mereka memohon penyertaan dan perlindungan dari para leluhur agar menjauhkan segala hal jahat yang dapat menghambat kelancaran proses adat ngamik bini.

Kembali ke rombongan penjemput. Setibanya di kampung calon mempelai perempuan, rombongan akan disambut seturut adat istiadat setempat. Setiap sub suku Dayak memiliki caranya masing-masing dalam hal menyambut tamu yang datang.

Setelah rangkaian adat penyambutan rombongan selesai dilakukan, tahap berikutnya ialah mendandani calon mempelai perempuan dengan pakaian pengantin adat Dayak.

Proses pendandanan ini sedapat mungkin tidak memakan banyak waktu agar rombongan penjemput bisa kembali secepat mungkin. Karena itu, dari pihak suami biasanya mengutus satu atau dua orang ibu-ibu yang ahli dalam memasang baju pengantin ala suku Dayak.

Setelah proses pendandanan selesai dilakukan, saatnya bagi rombongan untuk kembali pulang menuju rumah calon suami. Suka cita semakin bertambah karena sekarang sang calon mempelai perempuan sudah ada bersama mereka. Dia harus dijaga dan dilindungi dengan baik selama dalam perjalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun