Kadang terlalu banyak sesuatu di balik itu sehingga makna memberi tinggal nama indah saja. Ibarat bunga kelihatan menarik nan indah, ternyata hanya bunga palsu.Â
Demikian cerita memberi yang menjadi ilustrasi di awal tulisan ini. Kelihatan begitu bijaksana menjelaskan tentang makna memberi yang baik, ternyata lebih banyak omong kosong. Sekadar menjadi bangga.
Seingat saya kasus memberi lebih banyak yang ada dalam contoh tulisan ini adalah sekali-kalinya yang pernah saya lakukan. Selanjutnya, lebih banyak lupa atau pura-pura lupa.Â
Karena ketika ada orang yang sedang benar-benar membutuhkan sambil berharap ada yang terpanggil untuk membantunya, saya malah tidak peduli sambil sibuk mencari pembenaran.
Lupa sudah dengan kebenaran bahwa bisa memberi dalam kekurangan itulah pemberian sesungguhnya. Yang terpikirkan malah apabila saya memberi dalam kekurangan, nanti saya makan apa?Â
Kalau saya nekad memberi dalam kekurangan, nanti saya bakal tidak punya apa-apa dong?Â
Dalam situasi yang benar-benar untuk menguji kebaikan memang sering kali dihadapkan pada pilihan. Mengikuti pikiran dengan segala logikanya atau suara hati.
Apesnya biasa logika yang mengambil kendali.Â
@cermindiri 07 Oktober 2021Â