Sebelum ia menjawab, saya mendahului daripada tambah tidak mengerti.Â
Saya menjelaskan, bahwa potongan buah yang saya berikan padanya lebih besar daripada yang tidak saya berikan.Â
Maksudnya apa?Â
Bahwa ketika mau memberi, beri bagian yang  terbaik. Yang paling bagus. Yang lebih banyak.Â
Baru sedikit terbuka pikirannya  teman ini. Lantas memuji saya. Kembali ia mengucapkan terima kasih.Â
Saya katakan tidak perlu begitu. Maksud saya menjelaskan demikian bukan mengharap pujian darinya. Sekadar mengingatkan, apabila  lain waktu mau memberi saya sesuatu harus yang paling bagus dan paling banyak.Â
Kembali bingung. Ternyata ada maunya. Ini memberi dengan bungkusan omong kosong.Â
Memberi yang sesungguhnya memang tidak mudah. Kita memberi acap kali sekadar memberi atau ada tujuan tertentu.Â
Ada lagi memberi apa yang sudah kita tidak mau. Memberi jauh lebih sedikit dari yang dimiliki sambil berharap balasan berkali-kali lipat. Memberi agar nama terpampang sehingga orang-orang mengetahui.Â
Memberi lantas menggembar-gemborkan. Memberi kemudian mengingat-ingat dan mengungkit-ungkit.Â
Sejatinya memberi itu memang baik, hanya saja cerita di baliknya belum tentu sebaik makna memberi itu sendiri.