Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mulut Beracun

28 Mei 2021   06:29 Diperbarui: 28 Mei 2021   06:42 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dik, penulisnya sok pintar nih, sofia_shultz|pixabay.com

Ini yang terjadi pada saya. Bisa jadi karena saya anak buah yang suka melawan. Dalam rapat juga paling sering protes. Mungkin diam-diam si manajer tidak menyukai saya, walaupun di depan masih bermanis muka. 

Saya tahu hal ini juga ketika diajak ngobrol oleh bos secara empat mata di kantornya. Kebetulan bos seorang wanita masih lajang. Cantik pula. Kalau saya  bilang tidak  cantik nanti dianggap omong kosong lagi. 

Tadinya saya pikir ada apa gerangan dipanggil ke kantornya. Padahal saya hanya bagian penjualan biasa. Selain membahas urusan kerja, sekalian beliau juga mengatakan kalau manajer saya sering menjelekkan  saya di depannya. 

Tentu saya tertawa mendengarnya karena tahu reputasi ya. Lebih senang lagi, bos  juga ikut tertawa. Jelas si manajer itu  saya anggap omong kosong, saya yakin bos saya juga berpikir  begitu. Orang jelas-jelas saya ganteng begini dibilang jelek. Siapa takut? 

Rekan Kerja yang Memata-matai

Terus terang sampai saya berhenti kerja saya tidak tahu persis  siapa yang pernah melaporkan kalau saya sering tidur di waktu jam kerja. 

Ketika bos menegur karena ada laporan saya sering tidur di jam kerja. 

Tentu saya jawab, "Iya. Pernah sesekali, tetapi tidak sering."

Lantas saya tanya balik, "Apakah orang yang lapor itu ada lapor juga ke Bapak kalau malam saya sering kontrol kerjaan sampai tengah malam. Kadang sampai pagi. 

Wajar saja kalau saat sore saya tidur sebentar karena malam harus kontrol pekerjaan.

Jangan-jangan nanti saya ke WC berapa kali juga dilaporkan ke Bapak."

Mungkin  bos jadi tak enak hati, akhirnya mengalihkan pembicaraan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun