Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kaki Seroja: Sejarah Standar Kecantikan Perempuan yang Menyakitkan

7 April 2021   10:14 Diperbarui: 7 April 2021   10:27 1486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang perempuan menunjukkan kaki serojanya | Foto diambil dari TheGuardian

Ketika dulu mereka yang tidak menjalankan tradisi ini harus bersembunyi, sekarang mereka yang masih menjalankannya yang justru harus bersembunyi dari peraturan ini.

 *

Tradisi mengikat kaki adalah salah satu dari ratusan standar kecantikan di masyarakat kita untuk mencapai fisik yang 'sempurna'. Selain tradisi ini, tradisi seperti pengunaan korset ketat di Inggris pada era Ratu Victoria dengan tujuan mendapatkan tubuh bak jam pasir.

Setelah ribuan tahun tradisi mengikat kaki langgeng dijalankan oleh perempuan di China, perjuangan seorang Ayah yang tidak sanggup melihat anak perempuannya kesakitan sukses menyelamatkan anak perempuan lainnya dari tradisi yang menyakitkan ini.

Tradisi kaki seroja ini juga berkembang seiringan dengan pengunaan Bahasa Nushu di China yang menjadi bahasa rahasia para perempuan untuk menceritakan kesedihan dan kesakitannya dalam proses tradisi mengikat kaki. (dapat dibaca di sini). 

 Sumber: wikipedia, npr, smitshonianmag.

 Jeniffer Gracellia untuk Inspirasiana

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun