Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ada 4 Indikasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas

2 Maret 2023   20:23 Diperbarui: 8 Maret 2023   01:15 1596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa perempuan saat di sekolah (DOK.Save the Children Indonesia via kompas.com)

Di tengah riuhnya kritik pada kebijakan Gubernur NTT, Viktor Laiskodat terkait masuk sekolah jam 5 pagi, muncul pertanyaan ini: Apakah kebijakan Gubernur NTT itu adalah cara efektif mewujudkan pembelajaran yang berkualitas? 

Apakah pembelajaran berkualitas itu ditentukan oleh kebijakan perubahan waktu proses belajar mengajar di sekolah? 

Tulisan ini akan menyoroti cara-cara bagaimana para pendidik yang juga disebut para guru dan khususnya guru penggerak secara efektif meraih mimpi terciptanya pembelajaran yang berkualitas. 

Orang tidak boleh lupa bertanya apa sih pembelajaran yang berkualitas itu? 

Pembelajaran yang berkualitas

Kualitas dari suatu pembelajaran tentu saja bisa diukur dari cara berpikir dan kreativitas anak didik baik itu pada jam belajar maupun jam ketika mereka di luar lingkungan pembelajaran. 


Kreativitas cara berpikir seperti apa yang diharapkan oleh pendidik? 

Ada beberapa indikasi bahwa siswa dalam kondisi pencapaian pembelajaran yang berkualitas:

1. Siswa tampak semakin dewasa dalam mengambil keputusan

Cara anak mengambil keputusan perlu diamati guru. Bahkan guru-guru penggerak perlu membawa anak kepada konteks pengalaman kehidupan yang memungkinkan mereka bisa mengambil keputusan. 

Misalnya, sesekali guru bisa memberikan kesempatan kepada anak didiknya untuk membuat pertemuan dengan tema apa rencana belajar mereka hari itu, ketika gurunya sedang mengikuti pertemuan dengan kepala sekolah. 

Apakah usulan mereka hanya olahraga? Atau usulan supaya pulang cepat? Apakah ada usulan mereka belajar sendiri dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru lainnya. 

Dari bidang keberpihakan itu, bisa diamati seperti apa cara berpikir anak didik terkait alokasi waktu untuk belajar. 

Anak yang cerdas dan kreatif pasti tidak mengusulkan bahwa jika guru ada pertemuan, mereka harus pulang. 

Ada 4 indikasi pembelajaran yang efektif dan berkualitas | Dokumen diambil dari: naikpangkat.com
Ada 4 indikasi pembelajaran yang efektif dan berkualitas | Dokumen diambil dari: naikpangkat.com

Jadi, pembelajaran yang berkualitas hanya bisa diketahui melalui pengamatan dan analisis pada perkembangan proses berpikir anak. 

2. Tumbuhnya kedisiplinan dari diri sendiri

Pengalaman setahun menjadi guru di seminari St. Yohanes Brekmans Todabelu Mataloko, memberikan saya kesadaran bahwa sejumlah siswa yang cerdas itu umumnya disiplin dan kritis. 

Kesadaran tentangnya pentingnya kedisiplinan itu muncul dari hati mereka. Dari situ sebenarnya bisa menjadi ukuran bahwa kualitas pembelajaran di sekolah telah menghasilkan sesuatu yang berkualitas yakni siswa menjadi sadar. 

Tanpa kualitas kesadaran seperti itu, tentu saja sulit bagi guru untuk menemukan tanda-tanda perubahan yang terarah kepada kualitas yang baik. 

3. Adanya keterbukaan menyampaikan sesuatu kepada guru, termasuk bertanya

Seorang guru pasti merasakan sesuatu yang berbeda ketika ada siswa yang datang dan bertanya kepadanya. Apalagi siswa itu datang dan bertanya tanpa ada rasa takut.

Dari kenyataan itu sebenarnya seorang bisa memahami bagaimana kualitas diri siswa itu, yakni bahwa siswa itu punya pandangan yang positif tentang gurunya.

Tentu saja berbeda dengan sebagian siswa yang mencurigai bahwa kalau bertanya secara pribadi nanti akan dimarahi. Ya pikiran negatif tentang guru bisa saja menjadi bukti dari ungkapan kualitas diri siswa.

Nah, sebenarnya pembelajaran yang baik dan berkualitas itu perlu mengubah disposisi batin siswa supaya semakin dewasa dan terbuka bertanya dan berdiskusi dengan gurunya.

4. Bisa menjelaskan sesuatu dalam kaitannya dengan apa yang dibacanya

Pembelajaran yang berkualitas mesti membawa siswa kepada kompetensi yang mampu menghubungkan satu tema dengan tema lainnya. 

Bahkan siswa akan dilihat sebagai siswa yang berkualitas kalau jawabannya tidak hanya ungkapan hasil hafalan dari buku pelajaran, tetapi dia bisa menjawab melalui bahasanya sendiri dan dari pengalamanya.

Mencapai kemampuan seperti itu tentu saja tidak mudah; di sana dibutuhkan latihan dan kedisiplinan. Saya jadi ingat pengalaman sewaktu menjadi guru dulu.

Dalam suatu latihan membawakan seminar, para siswa diberikan masukan tentang bagaimana mengajukan pertanyaan kritis dan belajar menghubungkan satu hal dengan hal lainnya.

Pada sesi jam pelajaran selanjutnya, mereka menerapkan pola-pola itu pada guru yang lain, sampai ibu gurunya kewalahan. Latihan dasar yang kami buat yakni melatih kemampuan analisa.

Sebagai contoh, mereka diminta untuk mendiskusikan tentang sebuah botol. Dalam perjalanan waktu muncul banyak sekali gagasan yang bersinggungan dengan botol.

Ya, di sana mereka berbicara tentang bahan dasar botol, mengapa tutup nya kecil, mengapa orang menciptakan botol. Hal yang mengejutkan ternyata dari tema botol itu, mereka akhirnya sampai pada gagasan tentang kepenuhan.

Di sana orang tidak bisa mengisi air lagi. Demikian juga, jika pikiran manusia ini penuh dengan macam-macam ide, dia susah menerima ide lain yang datang.

Pengalaman itu bagi saya saat itu meyakinkan saya bahwa siswa itu benar-benar sudah mengalami pembelajaran yang berkualitas. 

Ada fase di mana ia tidak hanya berbicara tentang yang fisik saja, tetapi juga tentang hal yang lain yang bisa diumpamakan dari hal yang fisik.

Apakah kompetensi dan kualitas pembelajaran seperti itu dihasilkan dari perubahan jam belajar mengajar di sekolah? Tentu saja tidak. Lalu apa yang menjadikan pembelajaran itu berkualitas?

  • Sekolah perlu menjaga iklim kebebasan berpikir bagi siswa.
  • Para guru dan guru penggerak perlu membuka kemungkinan bagi siswa untuk berpikir kreatif.
  • Para guru sendiri perlu rajin membaca dan mengajak siswanya untuk berdiskusi, meminta pendapat dan pandangan mereka tentang suatu tema.
  • Para siswa perlu diajarkan metode membaca dan mengungkapkan gagasan mereka dalam pola diskusi kelompok.

Peran guru penggerak dan metode pembelajaran yang berkualitas

Guru dan guru penggerak perlu menjadi lebih kreatif dan menemukan cara dan metode baru yang menjadikan siswa aktif berpikir dan mengungkapkan perasaan dan pikiran mereka.

Dalam suatu kesempatan pembinaan iman dengan anak-anak SD kelas 4 sampai kelas 6 di kampung saya. 

Pada awalnya saya meminta mereka duduk dalam bentuk lingkaran, lalu pada bagian tengah saya menempatkan satu foto tentang jalan, lalu ada satu batu yang berbentuk telapak kaki dan ada batu lainnya yang berbentuk seperti hati dan sebuah buku.

Saya meminta beberapa anak untuk mengambil apa yang mereka suka. Dua anak itu mengambil batu dan foto. Lalu saya meminta mereka untuk mengatakan sesuatu tentang mengapa mereka mengambil barang itu.

Mereka menjelaskan dengan baik. Anak pertama mengatakan begini, "Saya mengambil batu dengan bentuk hati, supaya saya bisa belajar dengan sepenuh hati." Wow anak SD di kampung lho.

Lalu anak kedua, dia mengambil foto tentang jalan, katanya, "Saya suka foto ini karena setiap hari saya ke sekolah dan pulang kembali ke rumah melalui jalan, juga pada hari minggu saya ke Gereja."

Di luar dugaan saya, ternyata anak-anak di kampung pun bisa punya kemampuan seperti itu, apalagi anak-anak di kota. 

Bahkan pada akhirnya dari pertemuan kami, saya menantang mereka untuk membuat cerita dari barang-barang yang ada di tengah mereka. 

Ternyata ada yang bisa menghubungkan semua itu dengan logis. Jadi, saya pikir anak-anak Indonesia itu anak-anak yang cerdas. 

Hal yang paling penting adalah para guru perlu menciptakan model pendidikan yang menjadikan mereka aktif. Nah, saya jadi ingat lagi zaman dulu. Ada kurikulum yang dikenal dengan sebutan, "Cara belajar siswa aktif." 

Barangkali "Kurikulum merdeka" perlu jalan bareng dengan "cara belajar siswa aktif." Nah, kalau siswa tidak aktif, maka guru perlu menggerakkannya. Ya, namanya guru penggerak baru benar-benar menjadi nyata dan berfungsi.

Salam berbagi, ino, 2.03.2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun