Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Beasiswa di Tengah Krisis 1998, Prestasi Akademik, dan Dilema Dana Pendidikan Gratis Saat Ini

24 November 2021   05:20 Diperbarui: 24 November 2021   08:02 1414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekurang-kurangnya pernah sekali dalam sejarah sekolah itu menang di tingkat kecamatan. Nah, sebenarnya saya hanya mau menegaskan bahwa beasiswa pada masa itu benar-benar karena prestasi akademik di sekolah.

Beasiswa pertama menjadi kompas untuk beasiswa berikutnya

Pengalaman pertama menerima beasiswa pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) rupanya menjadi penunjuk arah sekaligus motivasi tidak terhingga untuk jenjang pendidikan selanjutnya. 

Bermodalkan energi ketekunan dalam belajar, saya akhirnya juga menerima beasiswa selama dua tahun di jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Saat itu bagi saya sungguh terhormat bahkan bisa dikatakan sebagai rahmat. Suasana krisis ekonomi secara nasional menimpa Indonesia tahun 1998 merebak sampai ke desa-desa. Keluhan susah orangtua terdengar, pilihan merantau ke Malaysia hampir tidak lagi sebagai satu alternatif, tetapi pilihan pasti.

Dalam hati dan dada saya cuma ada tekad dan niat yang begitu kuat untuk mencari celah yang tepat supaya lolos dengan cara yang terhormat pada saat itu. Ya, lolos dari terpaan krisis 1998 sungguh tidak mudah.

Belajar dan belajar sambil mengharapkan cerita masa lalu tentang beasiswa bisa terulang. Entah apa, niat yang kuat dengan cucuran keringat serta kerja keras, saya pada akhirnya bisa menerima beasiswa selama dua tahun saat SMA.

Krisis boleh saja berjalan, namun secara pribadi saat itu saya sungguh berada di titik aman. Bagaimana tidak? Sebagai anak remaja di tingkat SMA saya sudah punya rekening bank dengan jumlah 500.000 rupiah.

Rupanya saya bukan satu-satunya anak SMA yang punya rekening sejumlah itu, selain bersama dengan tiga teman saya yang lainnya, yang juga menerima beasiswa. Ya, beasiswa yang diperoleh dengan persyaratan yang hampir sama. 

Bukti prestasi akademik khusus di jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) rupanya menjadi alasan saat itu, mengapa saya seorang penerima beasiswa.  Uniknya bahwa penerima beasiswa rupanya mirip seperti jagoan saat itu.

Setiap ada event lomba atau semacam cerdas cermat, maka peserta penerima beasiswa selalu menjadi target pertama sebagai peserta yang mengikuti lomba. Dari pengalaman itulah, maka saya secara pribadi selalu termotivasi untuk setia belajar dan siap sedia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun