Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengapa Cara Mengungkapkan Suatu Kemenangan Itu Harus Terukur?

22 Juni 2021   01:07 Diperbarui: 28 Juni 2021   21:25 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi merayakan kemenangan bersama teman. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Ada ungkapan lain seperti ini: "Jika orang pergi dengan menangis sambil membawa kantong benih, maka akan kembali sambil membawa berkas-berkasnya dengan sorak-sorai."

Tentu tidak dimaksudkan bahwa orang harus pergi sambil menangis atau dengan suatu kesedihan yang mendalam, tetapi dengan suatu suasana hati yang terukur, penuh waspada dan dibakar oleh semangat juang yang tinggi.

3. Kemenangan itu tidak harus mengganggu orang lain

Suatu kemenangan bisa merupakan klimaks dari suatu perjuangan. Pada momen puncak itu, sangat mungkin orang tidak sanggup mengontrol emosi batin.

Sebagai akibat dari lepas kendali dari kesadaran yang wajar itu, orang bisa saja hilang kepedulian pada orang lain. Sorak-sorai atas suatu kemenangan yang berlebihan karenanya bisa dilihat kurang etis dan toleran dengan orang lain.

Bisa dibayangkan bagaimana ributnya klakson mobil di sepanjang jalan dekat rumah jompo dan rumah sakit. Mereka tidak pernah berpikir bahwa ungkapan kegembiraan itu sudah bisa sangat mengganggu orang lain, secara khusus bagi orang-orang sakit yang membutuhkan ketenangan.

Nah, ternyata sangat penting orang mempertimbangkan cara merayakan suatu kemenangan. Cara merayakan kemenangan akan menentukan juga seberapa kadar kepedulian seseorang pada orang lain.

Hari ini saya berjumpa dengan tukang masak di dapur. Ia berasal dari Portugal. Setelah saya mengucapkan selamat pagi kepadanya ia menjawab dengan ramah dan dengan wajah yang cerita. 

Namun, ketika saya mengatakan, "aduh kasian Portugal kalah dengan Jerman, kasihan Ronaldi ya." Seketika itu juga, saya melihat wajahnya berubah. Ia tampak sekejap hampir menangis. lalu kata, "mir ist egal" atau "bagi saya terserahlah."

Padahal saya tidak bermaksud untuk mengejeknya, tetapi cuma mengatakan tentang kenyataan yang terjadi. Saya akhirnya tidak berani lagi berbicara tentang tema itu, karena terasa kekalahan itu menyakitnya bagi siapa saja.

Dari dua pengalaman kecil di atas: mencermati sorak-sorai warga Italia atas kemenangan mereka melawan Wales dan reaksi seorang perempuan Portugis tentang kekalahan Portugis, saya akhirnya belajar 3 hal ini:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun