Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Menanggapi Pertanyaan: "Was Gibt Es Neues" dan Cara Mengubah Toxic People

22 Mei 2021   16:59 Diperbarui: 27 Mei 2021   13:57 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi untuk orang yang suka bertanya dengan pertanyaan yang sama dan Toxic people serta gosip. Diambil dari: techexplorist.com

Nah, bagaimana cara mengubah Toxic people dan gosip kaleng? Ada 2 cara yang bisa saya bagikan:

1. Menulis topik diskusi kaleng dan menelaahnya dari sudut pandang yang lebih luas dan objektif

Pada prinsipnya, secara pribadi saya yakin cara mengubah Toxic people yang efektif adalah dengan menulis topik itu. Pendalaman topik yang dianggap "kaleng-kaleng" itu sangat membantu seseorang untuk menata pikirannya sendiri.

Cara pikir yang terlalu fokus pada hal-hal buruk diarahkan atau dituntun secara otomatis dalam proses menulis ke ranah objektif untuk dikonsumsi publik. Tuntutan objektivitas dan pembaca umum itu membentuk seseorang untuk memerhatikan kode etik.

Kode etik yang secara tidak langsung dibekukan dari cara menulis adalah berbicara terlalu personlich atau pribadi, apalagi  menyudutkan orang-orang tertentu. Bahkan membahas keburukan orang lain.

Menulis topik kaleng-kaleng sehari-hari yang sering menyeret orang ke Toxic people dan gosip sebenarnya proses penting yang mengubah cara pandang orang.

Kendalanya adalah apakah orang berani jujur dengan dirinya? Kemudian berani berjuang menolong dirinya dengan cara-cara yang positif. Bisa saja, orang menyadari diri bahwa punya gejala Toxic people dan suka bergosip ria, namun sering mengalah karena pembenaran diri yang terlalu kuat.

2. Ini soal konsep tentang orang lain sebagai saudara

Pada tahun 2008 saya pernah dikejutkan oleh komentar seorang senior saya di kamar makan. Waktu itu, duduk beberapa orang di kamar makan sambil membicarakan tentang seseorang. Biasalah namanya teman seangkatan, kalau berjumpa, maka selalu bertanya tentang teman yang tidak ada saat itu.

Pertanyaan sederhana, mengapa ia tidak datang ke suatu acara, berlanjut mengalir begitu lancar sampai pada ke hal-hal lainnya yang sepantasnya tidak boleh dibicarakan pada waktu itu.

Itulah sulitnya, kriteria kerahasiaan kadang beda-beda. Bagi teman angkatan, kadang bukan rahasia, namun bagi orang lain itu sudah keterlaluan atau berlebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun