Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Zither dan Pesan Sunyi Musik di Jerman

24 Maret 2021   15:25 Diperbarui: 27 Maret 2021   09:10 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari kalimat ini, saya menangkap pesannya bahwa kehidupan tanpa musik itu kehidupan yang menyedihkan. Atau bisa dikatakan waktu tanpa seni itu adalah waktu yang menyedihkan. Dan kenyataan ini bukan hanya dulu, tetapi sekarang dan bahkan di mana-mana orang merasakannya. Covid-19 seakan telah menghentikan banyak hal indah yang bermakna bahkan telah menjadi bagian dari kultur suatu bangsa. 

Ini benar-benar pengalaman yang tidak mudah untuk orang Jerman. Budaya Karnaval dengan kekhasan masing-masing kota berhenti total setahun ini. Ya, kota-kota sungguh sunyi tanpa parade musik dan tarian. Tidak cuma itu, pengungsi yang sudah kehilangan segalanya pun, tidak punya kesempatan bernyanyi sukacita disini. Ibarat suatu setahun ini adalah waktu menjadi suatu kelumpuhan (Lähmung). Kelumpuhan yang bisa ditemukan dengan mudah di mana-mana. Lumpuh secara ekonomi, sosial dan bahkan seni. Namun demikian, haruskah semua orang seperti itu? Tentu, tidak.

3. Seni dan budaya adalah ekspresi eksistensi manusia

Waktu tanpa seni, bagaimana bisa? Beberapa kali saya menemukan selebaran protes karena larangan membuat acara konser musik atau semacamnya. Sebetulnya bisa dipahami kalau dilihat dari sisi protokol kesehatan yang mesti ditaati oleh semua, demi keselamatan. Namun, ternyata larangan dan pembatasan seperti itu tidak mudah bagi pemusik dan seniman yang punya daya kreasi dengan kerinduan begitu tinggi untuk berbagi kepada semua. Mereka melihat sisi lain dari seni yang berperan penting untuk kehidupan. Ya, seni dan budaya adalah ekspresi eksistensi manusia (Kunst und Kultur sind Ausdruck des menschlichen Daseins, bdk. Kulturat) 

Pemahaman tentang hubungan penting antara seni, budaya dan manusia bisa menjadi suatu tantangan berat setahun ini. Covid-19 seakan membatasi keberadaan manusia untuk bebas berekspresi seni dan budaya mereka. Menyangkal keberadaan dan harus menerimanya dengan tenang dan damai, itu selalu gampang. 

Saya ingat Leo Tolstoy yang menulis buku setebal 237 halaman dengan judul: Apa itu seni? Tolstoy di dalam bukunya menulis seperti ini: "Seni adalah mikroskop yang disesuaikan oleh seniman dengan rahasia jiwanya untuk menunjukkan rahasia yang sama bagi semua manusia."(bdk. Daskreativeuniversum)

Dari pemahaman seni seperti itulah, saya akhirnya mengerti mengapa seniman di Jerman terkadang protes atas kehilangan kesempatan bagi mereka untuk mengekspresikan seni dalam berbagai bentuknya. Terasa sekali setahun sejak pandemi covid-19 ini para seniman seperti diminta untuk "menggantungkan "kecapi" atau kerinduan jiwa mereka untuk menyampaikan rahasia batin mereka sendiri kepada semua orang.

4. Seni di masa pandemi ini menuntun orang kembali kepada nyanyian sunyi hati

Saya melihat sisi lain dari protes dan kerinduan seniman Jerman untuk mengungkap jiwa mereka, meskipun mungkin gagasan ini tidak menarik bagi mereka. Akan tetapi, saya mengacu pada kata mikroskop" oleh Tolstoy, saya mau mengatakan bahwa adalah lebih baik pada pandemi covid-19 ini para seniman tetap melihat dan menemukan sisi-sisi lain positif sebagai ruang ekspresi jiwa mereka sendiri. Ruang publik mungkin sudah tidak mungkin lagi atau sudah berakhir, tetapi apakah tidak berlaku bagi ruang batin sendiri? 

Saya pikir inilah relevansi atau pesan penting kepada seluruh seniman pada masa pandemi ini, masuklah ke dalam batin dan temukan eksistensi seni itu di dalam kedalaman jiwa dan bagikan itu melalui media online. Pintu ruang batin dan ruang online bagi para seniman sama sekali terbuka lebar, karena seniman bisa mengekspresikan karya seninya secara online, sendiri dari rumahnya. 

Pesan penting simbol Zither di atas untuk para seniman adalah menemukan kembali ruang batin yang selalu siap berbagi kreativitas baru melalui media-media online. Pada titik inilah, sebetulnya ruang bagi seniman itu selalu luas, dan tidak ada alasan untuk menggantung kecapi mereka, apalagi harus menjadi sama dengan cerita Zither yang menjadi berdebu, lusuh di gudang bawah tanah, di antara tumpukan barang-barang bekas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun