Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Sambal Flores Vs Budaya Jerman, Apa Serunya?

16 Februari 2021   04:44 Diperbarui: 18 Februari 2021   15:12 1441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sambal Flores mulai menjadi cerita bersambung. Suatu ketika, ada orang Jerman yang mencoba makan roti dicampur sambal pedas, wahhh suenak katanya. Saya hanya bisa membenarkannya: "Itu dia, makanya.

Namanya sambal Flores, bisa cocok dengan jenis makanan apa saja. Makin pedas, makin ketagihan. "Terlihat sambal yang dibuat hampir 2 kg bertahan paling lama sepuluh hari. Ya, bisa dimaklumi karena yang makan sebanyak 12 orang. Kalau satu orang dua atau tiga senduk, ya habis lah sekejap. 

Terkadang saya dengan sengaja membuat pause dua sampai tiga minggu tanpa sambal, sambil menunggu reaksi rindu orang Jerman. Tiba-tiba ada yang meletup, "Kalau ada sambal Flores, ya korona bisa lari pontang panting."

Dalam nada guyon, kata seorang teman dari Kerala, India, "Sambal Flores obat anti-korona." Saya hanya bisa tertawa dengan komentar mereka yang tidak masuk akal itu. Mereka mungkin tidak pernah tahu bahwa saya membuat sambal itu karena hobi saja. 

Anehnya lama kelamaan, cerita tentang sambal Flores di Mainz makin tersiar. Sekurang-kurangnya untuk para tamu yang pernah datang dan pergi dan juga untuk orang-orang Jerman yang serumah. Pernah ada yang protes, katanya, "Kamu merusak budaya Jerman."

Saya membalasnya, "Anda keliru, saya tidak memaksa Anda untuk memakannya, tetapi mengapa kamu memakannya setiap kali sambal itu ada? Saya pikir sambal Flores itu tidak merusakan budaya Jerman, tetapi membuat budaya makan Jerman itu menjadi lebih hidup dan bergairah. Diskusi tidak berlanjut, karena rupanya dia ingin nambah sambalnya. Aneh bukan? Inilah cerita sweet Karma. Menuduh tapi doyan memakannya.

Sekarang saya membuat sambal Flores rutin sebulan sekali untuk kebutuhan semua anggota rumah. Dari sambal itu, terbersit suatu atmosfer yang lebih hidup dari biasanya.

Kebiasaan makan cepat pada waktu makan siang sedikit bisa diperlambat karena di sela-sela makan, selalu saja ada sesi tak terduga seperti batuk, bersin dan peras-perasan. Bahkan tak ada alasan, kadang tertawa ketika melihat telinga mereka menjadi merah karena kepedasan.

Saya selalu mengatakan kepada mereka teman-temanku seperti ini: Sambal Flores bikin hidup lebih hidup. Dari sambal itu akhirnya merambat cerita tentang Ebu Gogo, Komodo, Kelimutu, Kurcaci, dll. 

Apa pesan dari hobi membuat sambal di Jerman? Orang Jerman akhirnya belajar banyak tentang hal yang unik dari Indonesia dan secara khusus dari Flores Nusa Bunga. Inilah cerita santai tentang hobi dan kreasi membuat sambal khas Flores di Jerman sambil promosi kekayaan alam dan budaya Indonesia.

Jadi, jangan takut menunjukkan sesuatu yang baik dari kekayaan budaya kita. Budaya kita yang kecil dan sederhana akan menjadi terkenal ketika kita konsisten memperkenalkannya kepada siapa saja. Aku cinta Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun