Anehnya, tidak sedikit pun dia menyebut pemikir-pemikir dari Indonesia. Hati kecil saya hanya bisa bertanya: apakah Indonesia tidak punya filsuf yang belajar dan menggagas tentang Pancasila?Â
Contoh-contoh dari perjumpaan dengan orang lain itulah yang membuat saya berpikir bahwa Indonesia telah sekian lama kehilangan waktu dan kesempatan untuk menginvestasikan gagasan-gagasan anak bangsa. Kita kehilangan kemandirian berabad-abad. Mestinya, kita bisa berpikir sendiri, bisa mengutip orang kita sendiri.Â
Dalam kaitan dengan ini, saya harus menyebutkan nama Profesor Dr. Anton Berthold Pareira sebagai filsuf dan Teolog. Ia satu-satunya yang pernah mengutip tulisan mahasiswa dan para dosennya (Kesaksian dari Profesor Dr. Eko Armada Riyanto pada saat acara misa pemakaman Romo Prof. Dr. Anton Berthold Pareira di Malang, 10.01.2021).
Saya tidak bicara tentang anti gagasan asing, tetapi tentang objektivitas dan cara orang Indonesia menghargai gagasan-gagasan orang Indonesia itu sendiri.Â
Karena itu, hari ini ketika pertama kali melewati kelas debutan, saya menjadi penulis junior yang mencoba mengajak semua Kompasiana agar kita saling belajar, bahkan saling mengutip.Â
Kompasiana telah melakukan langkah besar yang menjawabi semua diskusi dan protes pribadi saya di Eropa. Kompasiana telah membuka ruang gagasan bagi siapa saja dan semuanya tersimpan secara baik. Sebuah metode pengarsipan yang sama dengan di Barat. Kompasiana telah menjadi Suar Dunia.Â
Salam Kompasiana.
Ino, 5.02.2021