Mohon tunggu...
Rinnelya Agustien
Rinnelya Agustien Mohon Tunggu... Perawat - Pengelola TBM Pena dan Buku

seseorang yang ingin menjadi manfaat bagi sesama

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Rumah di Warung Kopi

28 Oktober 2016   15:18 Diperbarui: 28 Oktober 2016   15:32 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bermula hanya sekedar mencari tempat service hp yang murah tapi tokcer, karena selama ini selalu saja ketemu tukang service hp yang mahal tapi gak manjur. Mulai dari tempat service hp di rapak, trus di mall plaza balikpapan, balik lagi ke rapak, singgah lagi di mall plaza balikpapan tetap saja le'novo penyakitnya sering kambuhan. Suatu malam sambil menemani saya ngumpul dengan teman teman, suami singgah ke pasar klandasan untuk mencari tempat service hp, yang kali ini tanpa rekomendasi dari siapapun. Iseng iseng  siapa tau mendapat tempat yang tokcer untuk penyakitnya le'novo. 

Kiosnya nomer dua dari depan, pilih lorong kedua yang kios depannya jualan kosmetik. Disitulah tempat servicenya. Pemiliknya seorang ibu beranak tiga yang sangat ramah dan friendly, namanya mba mitha. Bila dari arah mall plaza Balikpapan jalan masuk ke pasar klandasasan melalui belokan persis di sebelah toko batik. Kemudian belok kanan, dan masuk ke parkiran mobil yang bila hujan becek dan banyak genangan air, dekat dengan bekas daerah yang kebakaran waktu lalu.  Le'novo akhirnya rawat inap selama semalam di kiosnya mba mitha, kami si pemiliknya ini hanya bisa berdoa semoga penyakitnya segera pulih. Sebelumnya sekali servis bisa habis sampai 150 ribu, dikali 6 sudah dapat 1juta kurang 100ribu. Di tempatnya mba mitha lek novo diperbaiki dengan apik dan tentu saja harganya murce, Alhamdulillah  sampai sekarang pulih seperti sediakala. 

Singgah di pasar tidak mungkin tidak lirik sana sini, beraneka kios ada di pasar klandasan, mulai dari jualan kosmetik, minyak wangi, peralatan dapur, kacamata, baju. Pas di depan tempat service hp, ada kios yang sangat menarik perhatian. Berbeda dari kios pada umumnya yang lebih memilih cat putih, kios ini didominasi dengan warna kuning cerah. Warna favorit saya. Tidak ada satupun etalase yang nampak di kiosnya, hanya meja panjang berjejer rapi di dalam kios. Apa mungkin tempat main catur atau tempat penawaran KPR rumah ? 

Setelah didatangi ternyata kios itu adalah warung kopi. Warung kopi ini bukan sekedar warung kopi biasa pada umumnya yang sekedar sobek sachetan kopi dan tambahkan air panas. Ini adalah warung kopi ala cafe yang memutuskan untuk menjadikan pasar tradisional sebagai rumahnya.   

Namanya abi, begitulah ia biasa dipanggil oleh kami. Untuk nama lengkapnya jujur saya sendiri tidak tahu, bahkan status single atau dobel pun saya juga tidak tertarik untuk mengetahuinya. Karena saya sudah tereliminasi  dari ajang pencarian suami. Abi pemuda asli balikpapan yang punya idealisme beda pada umumnya, menurut saya. Badannya memang cungkring, tapi semangatnya besar kayak gentong. Dia cerdas dan tau apa yang dia inginkan, makanya bisa berani buka warung kopi ala cafe di pasar tradisional. Mendengarkan suara suara di otaknya ditemani dengan aroma kopi menjadi kebiasaan baru saya dan teman teman hampir setiap sore.  

Warung kopinya dilengkapi dengan mesin mesin pembuat kopi, mirip seperti yang saya lihat di cafe cafe yang harga kopinya setara dengan harga 2 porsi pecel ayam. Saya sendiri bukan peminum kopi, saya hanyalah penikmat aroma kopi. Beruntunglah abi juga menyediakan pilihan coklat dan teh. Mulai dari coklat panas, milkshake coklat, ada juga jahe panas dan teh chamomile ala lipton. 

Konsep di warung kopinya sungguh bersahabat, sesuai dengan namanya KOPI SAHABAT.  Kopi adalah media untuk berkenalan, begitu yang saya tangkap dari penjelasan si owner. Terdapat meja panjang di dalam kios dilengkapi dengan tempat duduk di sisi kanan kirinya, lalu di sudut ada kulkas dan peralatan mesin kopi. Obrolan pertama di warung kopinya biasanya dimulai dengan proses pembuatan kopi.  Abi meracik kopi  di depan pembelinya, sehingga setiap langkah bisa dilihat langsung. Bagi yang tertarik dan sekedar bertanya tanya, abi selalu menjawabnya dengan jelas. Sungguh warung yang sangat narsis menurutku, karena yang dibicarakan adalah dirinya sendiri dalam hal ini kopi.  Warung nasi, tidak pernah membicarakan proses dari padi jadi nasi. 

Bermula dari satu mulut yang mencicipi lalu berantai ke mulut mulut yang lain, itulah dahsyatnya kekuatan MLM, mulut lewat mulut. Warung kopi ini begitu sering dijadikan tempat nongkrong saya dan teman teman. Dari segi tempat, memang tidak bisa menampung banyak, hanya sekitar 10 orang saja. Pernah sekali waktu kami  menggusur beberapa orang untuk duduk ngopi di luar.

Karena kebanyakan teman teman saya adalah penggila kopi yang isi dompetnya masih cekak, maka kehadiran kopi sahabat menjadi solusi bagi mereka. Harganya hanya kisaran 8ribu-10 ribu, sudah bisa menikmati espresso atau kopi latte dari biji kopi robusta, atau  bagi penikmat aroma kopi seperti saya sudah bisa mencicipi coklat panas. 

Siapa lagi yang menghidupkan pasar tradisional kita  kalau bukan warga balikpapan sendiri, kalau bukan anak muda Balikpapan. Itulah jawaban abi bila ditanya kenapa memutuskan memilih tempat di pasar. Karena pada umumnya yang sedang trend di Balikpapan, kafe kafe kopi yang lagi menjamur. Sebuah ruko yang didesain ala vintage, lengkap dengan AC dan lampu kuning temaram, dengan meja dan sofa empuk. Kemudian ada minibar dengan berbagai mesin kopi berjejer rapi di atasnya, ada baristanya yang sigap untuk beraksi membuat kopi, wuala.... kopi tersedia di cangkir keramik dengan gambar love di atas kopinya. Tinggal siap siap dompet seketika menipis keluar dari cafe. Harga kopi setara dengan harga 2 kali makan nasi bungkus. 

Saya sendiri selama tinggal di balikpapan, lebih memilih pasar sebagai tempat berbelanja sayur, buah, ikan dan bumbu dapur dibandingkan ke supermarket yang namanya sudah hitz di pulau Jawa. Pilihan saya lebih karena harga harganya yang sesuai dengan hati nurani. Bila di Jawa, mungkin harga sayur  buah dan kebutuhan lainnya di G**nt dan H*permart beda sedikit dengan pasar tradisional, tapi di balikpapan sungguh seperti bumi dan langit. Bagi ibu rumah tangga tentu bisa paham dengan perbedaan harga seribu dua ribu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun