4. Penolakan Gaib terhadap Perbaikan Kepala Bantengan
Salah satu kepala bantengan yang telah digunakan selama bertahun-tahun mengalami kerusakan pada bagian tanduknya. Ketika Pak Suparno dan Pak Adi berniat memperbaiki dan menyambung kembali tanduk tersebut, konon arwah yang mendiami kepala bantengan itu menolak keras upaya tersebut.
---
Wong jowo ojo nganti ilang jawone," ujar Pak Adi (Pak Ndong), yang berarti "Orang Jawa jangan sampai melupakan ke-Jawa-annya."
Pesan ini mengajak masyarakat Jawa untuk terus mengingat dan menjaga akar budaya serta tradisi nenek moyang. Meskipun zaman telah berubah dan banyak orang telah berpindah ke tempat lain, jati diri sebagai orang Jawa tetap perlu dilestarikan. Dalam konteks kesenian bantengan, Pak Adi menekankan bahwa kesenian ini adalah bagian penting dari identitas budaya Jawa.
Secara pribadi, mendengar dan menulis ulang kisah ini menumbuhkan rasa kagum terhadap kekayaan budaya yang dimiliki warga Jambuwur. Ada juga perasaan tanggung jawab secara moral untuk ikut menjaga dan melestarikan tradisi ini agar tetap hidup.
Cerita mitos bantengan ini sangat berkaitan dengan kondisi sosial dan kepercayaan masyarakat Jambuwur saat ini. Walaupun zaman sudah mengalami banyak perubahan, kepercayaan terhadap kekuatan spiritual dalam kesenian tradisional masih tertanam kuat di tengah masyarakat. Ini membuktikan bahwa modernisasi tidak serta merta menghapus nilai-nilai spiritual dan budaya tradisional yang telah mengakar kuat dalam masyarakat lokal.
"Selalu hargai hal-hal yang tak tampak oleh mata, karena mereka selalu berada di sekitar kita," ujar Pak Adi (Pak Ndong). Ia menyampaikan pesan kehidupan yang dalam. Menurutnya, di sekitar kita selalu ada hal-hal yang tidak terlihat secara kasat mata. Walaupun tidak bisa dilihat, hal-hal tersebut nyata adanya dan selalu hadir dalam kehidupan sehari-Â hari ita.
---
Kepercayaan terhadap mitos-mitos ini menjadi bagian dari warisan budaya lisan yang hidup di tengah masyarakat, sekaligus memperkaya nilai spiritual dan sakral dari kesenian bantengan itu sendiri. Meski belum dapat dibuktikan secara ilmiah, mitos-mitos tersebut tetap dijaga dan dihormati oleh para anggota organisasi Kancil Mas hingga kini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI