(Referensi: USGS Mineral Commodity Summary 2024)
3. Teknologi EV Berubah Arah
Dulu, semua orang berpikir mobil listrik (EV) akan membuat nikel makin dibutuhkan.
Tapi sejak Tesla dan BYD mulai pakai baterai jenis baru (LFP – Lithium Iron Phosphate),
yang tidak butuh nikel sama sekali, arah berubah.
Permintaan untuk nikel baterai stagnan, padahal produksi tetap jalan terus.
(Referensi: BloombergNEF EV Outlook 2024)
4. Ketidakpastian Global & Suku Bunga Naik
Bank sentral di AS dan Eropa menaikkan suku bunga sejak 2022 untuk melawan inflasi.
Akibatnya, banyak investor besar yang cabut dari sektor logam, termasuk nikel, karena dianggap berisiko tinggi.
Ditambah ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina dan AS-China, pasar nikel makin lesu.
(Referensi: IMF World Economic Outlook April 2024)
5. Gugatan WTO & Ketidakpastian Regulasi
Indonesia memang melarang ekspor bijih mentah sejak 2020 untuk mendukung hilirisasi.
Tapi Uni Eropa tak terima dan menggugat ke WTO. Hasilnya?
Indonesia kalah gugatan pada Desember 2022.
Ini bikin iklim investasi makin abu-abu. Investor jadi ragu, proyek hilirisasi jalan di tempat,
dan akhirnya: PHK di mana-mana.
(Sumber: WTO Dispute DS592)
Harga Turun, Nasib Pekerja Guncang