Aku terdiam. "Apa pula maksud support setengah hati Raihan ini?" Batinku. “Han!! Kamu masih ingat tentang gadis kecil yang dulu sering aku cerita ke kamu??
“Gadis kecil yang dulu membuat kamu sok penyair itu, kan?”
“Iya! Aku telah menemukannya. Dia hadir diacara reuni kemarin dan kini hampir setiap hari kami komunikasi”
Sambil manggut-manggut menepuk bahuku, Raihan berdiri dan berseru. “Ma, sini Maa!! Kamu benar, si Jay memang lagi kasmaran. Buatkanlah dia kopi!!” Entah kenapa, Raihan tampak suka sekali dengan apa yang baru saja saya ceritakan. Sesaat kemudian Rita, isterinya, datang membawa dua gelas kopi dan secangkir teh untuknya sendiri. Dia pun lalu duduk mengambil tempat bersama kami.
“Saatnya diskusi serius” Fikirku. Dua orang sahabatku ini dulunya adalah aktivis-aktivis kampus yang sudah kenyang dengan berbagai kajian.
“Cinta itu memang indah” Aku yang mulai.
“Weleh, Mbasi! Ingat anak tuh, Jay” Timpal Rita dengan dialeg jawanya yang kental. Rita adalah gadis Magelang yang di persunting Raihan sehari setelah wisuda strata satunya. Pernikahan yang cukup ribet lantaran Rossy, kawan sekelas kami juga adalah tunangan Raihan. Hmm, 11 tahun sudah.
“Tapi apa kamu yakin kalau gadis kecilmu itu adalah dia??” Mimik Raihan kini mulai serius, dan pasti pembahasan akan panjang.
“Entahlah, Han! Aku juga belum bisa memastikan. Faktanya, kami tiba-tiba begitu dekat, saling memuji, dan pastinya tiap detik saya merindukannya”
“Bagaimana jika bidadari kecil impianmu itu ternyata bukan dia??” Rita ikut-ikutan jadi serius.
“Kalaupun toh bukan dia, aku tetap saja suka padanya. Dia memberiku spirit, memberiku support, dia membuat hidupku bergairah lagi. Dia adalah sungai inspirasi baru bagiku."