Islam menawarkan solusi atas bencana hidrometereologi. Dalam Islam, tata kelola ruang dan lingkungan tidak boleh ditentukan oleh logika pasar, melainkan prinsip amanat dan kepemilikan publik. Air, hutan, dan sumber daya alam tidak boleh diprivatisasi atau dikomersialisasi, melainkan dikelola negara untuk kemaslahatan rakyat. Negara wajib menjaga kawasan lindung, melarang bangunan di bantaran sungai, serta mengembalikan fungsi sawah, subak, dan hutan sebagai penyangga ekologis.
Selain itu, Islam tidak menjadikan pariwisata sebagai tulang punggung ekonomi. Sumber pemasukan negara beragam, dari pengelolaan kepemilikan umum, zakat, kharaj, serta mekanisme syariat lainnya. Dengan begitu, pembangunan tidak harus bergantung pada investasi yang rakus lahan, melainkan dapat tetap berlangsung selaras dengan kelestarian alam.
Banjir Bali adalah alarm keras dari alam. Jika arah pembangunan tidak dikoreksi, bencana serupa akan terus berulang dengan korban yang lebih besar. Kini
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI