Mohon tunggu...
mona ^_^
mona ^_^ Mohon Tunggu... -

Chocolate lover | Travelling holic | Lovely alone

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penasaran Membawanya Hafal Al-Qur'an di Usia 22,5 tahun

9 Agustus 2011   03:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:58 3319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya mulai menghafal Al-Qur'an saat umur 20 tahun, belum lama sejak saya memutuskan untuk mengenakan jilbab. Kebetulan rumah saya dekat dengan pondok pesantren tahfidz Qur'an yang baru didirikan. Saat itu tahun '95, menghafal Al-Qur'an bukanlah sesuatu yang bisa membanggakan, bahkan cenderung diremehkan. Untuk apa menghafal Qur'an? Bisa apa setelahnya? Apa keuntungannya? Kalimat pembuka yang beliau tuturkan sore tadi saat aku berkunjung ke rumahnya yang sederhana di selatan Jogjakarta. Senyum manis, keramahan dan kesahajaannya terlihat begitu mewah. Saya lahir di lingkungan tentara. Bapak seorang tentara biasa, yang terkadang satu bulan sekali baru pulang. Saya tidak punya riwayat mondok, sekolah saya dari SD sampai SMA adalah sekolah negeri. Karena pondok tahfidz itu memperbolehkan orang dari luar untuk ikut belajar di sana, maka saya ikut. Jangan dibayangkan ikut program itu hanya duduk manis kemudian menghafal. Tidak begitu. Teman-teman ada yang kuliah, ada yang bekerja, ada yang punya kewajiban membantu orang tuanya dan kegiatan yang lain. Begitu juga saya. Setiap hari kami diberi target menghafal satu halaman Al-Qur'an, disetorkan setiap selesai subuh. Kemudian kami pulang dan beraktivitas. Dzuhur  kami kembali untuk mengulang membaca. Setelah Ashar kembali di muroja'ah (setoran dan mengulang kembali) hafalan dan membaca berulang-ulang ayat yang akan kami hafal untuk keesokan harinya. Begitu seterusnya. Kalau bersungguh-sungguh dan sabar, dalam waktu 2 tahun akan selesai 30 juz. Kalau saya menghafal 2,5 tahun untuk selesai 30 juz. Saat sudah hafal 16 juz, saya merasa sangat jenuh dan malas mulai menyerang.  Saya berhenti menghafal selama 3 bulan, saat itu saya hanya mengulang-ulang hafalan saya yang 16 juz itu. Setelah 3 bulan, saya melanjutkan kembali menghafal. Dan aku pun bertanya, "Apa motivasi terbesar ibu untuk menghafal Qur'an saat itu? Umur 20 tahun itu rasanya begitu banyak godaan, apalagi untuk saya, Bu..." Apa ya? Saat itu, saya hanya penasaran dengan mbak yang dinikahi tetangga saya, yang akhirnya membuat pondok pesantren tahfidz itu. Beliau masih muda tapi hafal Al-Qur'an. Itu jugalah yang membuat tetangga saya menikahinya dan membawanya ke daerah kami. Dalam hati saya berkata, masa iya mbak itu bisa hafal Al-Qur'an saat muda, sementara saya tidak? Saya juga seharusnya bisa. Penasaran itulah yang membawa saya ke pondok itu, kemudian mengajukan diri untuk ikut menghafal Qur'an. Selama menghafal, saya selalu muroja'ah dengan mbak itu. Ternyata penasaran saya terjawab, menghafal Qur'an tidak sesulit yang dibayangkan. Kadang kita terlalu sering memberi pemakluman pada diri kita, meremehkan kemampuan kita, bahwa menghafal itu sulit, bahasa yang digunakan bukan bahasa kita, bacaan Qur'an kita belum lancar, masih banyak pekerjaan lain, masih banyak hal negative yang lekat pada diri kita. Padahal tidak seperti itu. Menghafal Al-Qur'an itu mudah kalau kita sabar dan percaya dengan diri kita. Berinteraksi dengan Qur'an, itu yang utama. Dilihat dan dibaca. Kalau hanya ada di angan-angan atau sekedar membaca tips agar bisa menghafal sementara Al-Qur'an tak pernah disentuh, mustahil akan menghafalnya. Bagaimana bisa mencintainya? Menjaga hafalan, itu yang paling berat. Sekarang dalam sehari minimal saya mengulang 1 juz, normalnya 2-3 juz. Dan dalam beberapa waktu sekali saya memuroja'ah hafalan saya ke ustadz/ustadzah yang juga hafal Al-Qur'an. =@= Tahun 1998 beliau baru pindah ke Jogja, mendapat kepercayaan menjadi guru Al-Qur'an di salah satu SD, setelah itu beliau mulai kuliah. Menikah dengan seorang Hafidz -yang berarti juga hafal 30 juz Al-Qur'an-, memiliki 2 putri dan satu putra. Saat ini Ibu berumur 36 tahun yang hitam manis ini menetap di selatan Jogjakarta. Semoga aku bisa meneladanimu ya, Bu... Alloh kuatkan dan beri kesempatan menghafal Al-Qur'an. ^_^

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun