Mohon tunggu...
Bobby Junaidi
Bobby Junaidi Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang Apa Saja

Gue tuh orangnye ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dan Dia

26 Maret 2018   03:46 Diperbarui: 26 Maret 2018   04:10 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menurut saya, ini menurut saya ya. Parpol, ormas, atau perkumpulan apapun, kudu punya badan usaha yang laba bersihnya sebagian dipakai ongkos kegiatan.

Misalnya kampanye politik, kongres, musyawarah atau merespon bencana dan lain sebagainya, kan butuh ongkos. Kecuali, dalam kegiatan itu engga perlu ngopi atau nyahi.

Praktek gaet "relawan" dalam kampanye politik, pasti pakai duit. Apa iya mereka beneran rela tengkiyu doang? Belom lagi kalo sampe ada acara bagi-bagi doku.

Pertanyaannya, itu duit dari mana? Ya dari pengusaha yang ikut nyebur ke parpol. Ujungnya, hukum dagang dan begitu jadi, ketangkep.

Di ormas, Dalam keseharian, proyek pembangunan sering jadi sasaran empuk mendulang duit. Atau kadang-kadang, aksi ngecrek ala pengamen digelar begitu ada yang perlu ditangani bersama.

Ini sih engga salah. Tapi kalau ada badan usaha, pasti keuntungan lebih berlipat.

Lapangan kerja terbuka, royalti didapat tiap anggota, bahkan bukan ga mungkin ekspansi (pelebaran sayap) usaha terjadi. Siapa yang untung?

Koperasi

Saya yakin betul, satu nama badan yang jadi sub judul ini merupakan jalan terbaik. Tak perlu ada tumbal agar usaha tetap jalan, malah semua bisa nyengir hepi.

Almarhum Muhammad Hatta, pasti sudah memikirkan hal ini sedetail mungkin. Makanya, waktu itu, menurut Romo Makmun yang membuat lagu Wakil Rakyat, kemudian dipopulerkan Iwan Fals, gerak perbankan dibatasi sampai tingkat provinsi saja. Sementara di kabupaten terus ke akar rumputnya, dikuasai jaringan Koperasi.

Kenapa begitu, alasannya demi menghindari penguasaan perorangan atau satu kelompok saja atas hajat hidup orang banyak. Monopoli-lah bahasa kerennya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun