Mohon tunggu...
Jack Febrian Rusdi
Jack Febrian Rusdi Mohon Tunggu... Dosen - PhD bidang ICT. Dosen dan Peneliti

Lecturer in Universitas Teknologi Bandung (UTB), Phd ICT of Universiti Teknikal Malaysia Melaka (UTeM), and Student of Psychology in Bandung. Indonesian Tourism Journalist Association (ITJA) and Indonesia Marketing Association (IMA). Founder of Bandung Awards. Lecturer and Author of Information Technology books.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Driver Ojol: Mereka Duta Kebajikan di Jalanan?

25 Juli 2022   05:50 Diperbarui: 25 Juli 2022   05:50 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ojol membantu korban ledakan bom Thamrin (Sumber  okezone.com [51] ) 

Pernahkan anda mendengarkan pemakaman seseorang, diantar oleh 50 ambulans dan ribuan rekan yang mengendarai kendaraan operasionalnya? Itulah yang terjadi saat pemakaman Johan (13/02/2022), almarhum adalah driver ojol yang sering menolong korban kecelakaan hingga membuka jalur bagi ambulans semasa hidupnya [1].

Ojek online (ojol) adalah jenis transportasi yang dikelola secara online dan dapat diakses layanannya melalui perangkat teknologi informasi dan komunukiasi (TIK), seperti smartphone. Berkembangnya TIK mengakibatkan perubahan pola masyarakat dalam memanfaatkan layanan transportasi.

Jumlah ojol ini luar biasa banyaknya. Mereka sangat mudah ditemukan di berbagai kota di Indonesia. Mereka adalah pasukan yang selalu bergerilya dari waktu ke waktu dan pergerakannya mewarnai peta kota. Pergerakan mereka tak kenal siang maupun malam. Banyak informasi viral menyebar terkait ojol, fenomena inilah yang kita angkat dalam kajian ini.

Bagaimana fakta tentang ojol saat ini? Apasaja kasus menarik terkait konsumen dan driver? Bagaimana peran ojol dalam kebajikan yang viral di masyarakat? Apakah ojol dapat dikatakan sebagai Duta Kebajikan di jalanan bagi masyarakat dan pemerintah?

Ulasan ini dikaji dari berbagai sumber dan pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi penulis, khususnya ketika akan menghadiri pemakaman keluarga dan situasi istri kritis saat akan melahirkan.

Kajian ini meninjau tentang fenomena sosial masyarakat dan kebajikan driver ojol di lapangan. Tentu saja ulasan ini berkaitan erat dengan perubahan metode layanan transportasi umum, serta potensinya bagi masyarakat dan pemerintah.

Fenomena Ojol

Inovasi ojol pertama muncul di Indonesia pada 2010. Sekarang inovasi tersebut dikenal dengan nama Gojek, dan mereka pada awalnya berkantor pada garasi mobil.  Dulu, ojol diaplikasikan dengan media komunikasi SMS dan telepon biasa [2]. Sesuai dengan berjalannya waktu, ojol saat ini diakses diantaranya melalui perangkat smartphone. Selain Gojek, saat ini juga tumbuh layanan sejenis di Indonesia.

Ojol termasuk menjadi tulang punggung mobilitas bagi masyarakat, khususnya terkait transportasi online, pesan-antar makanan, dan belanja kebutuhan harian [3]. Pada tahun 2020, sekitar 4 juta driver Ojol bersileweran di Indonesia [4]. Jumlah mereka lebih banyak dari jumlah gabungan antara personel TNI dan Polri yang berjumlah sekitar 1,24 juta orang [5].

Dilhat dari latar belakang pendidikan, driver ojol ini termasuk lulusan sarjana  [6] maupun lulusan S2. Bahkan ada yang lulus S2 dengan predikat cum laude [7], dan melanjutkan pendidikan S3 dengan tetap berprofesi sebagai driver [8].

Driver ojol juga berasal dari kalangan wanita. Bahkan diantaranya berusia lebih dari 50 tahun [9].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun