Mohon tunggu...
Y. B. Inocenty Loe
Y. B. Inocenty Loe Mohon Tunggu... Guru - Instruktur Pembelajaran Kreatif, Penulis, Kandidat Magister Teknologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Yohanes Baptista Inocenty Loe, Saat ini menjadi kandidat Magister Teknologi Pendidikan di Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Ia bekerja sebagai pendidik di salah satu sekolah swasta di kota Kupang, sekaligus menjadi instruktur pelatihan menulis dan pembelajaran kreatif berbasis digital di NTT. Sebagai seorang instruktur menulis, karya-karyanya telah diterbitkan di media massa cetak maupun online. Ia telah menerbitkan tiga buku yaitu Kisah Para Pelukis Wajah Bangsa, Literasi di Atas Awan dan buku terbarunya berjudul Prinsip-Prinsip Demokrasi John Rawls (Menguak Kebebasan dan Kesetaraan). Selain itu, ia juga adalah editor yang telah mengedit puluhan buku dan membantu banyak pihak untuk menerbitkan bukunya. Sebagai pelatih pembelajaran kreatif berbasis digital, ia banyak kali diundang ke berbagai kesempatan di wilayah NTT untuk berbagi inspirasi dan motivasi. Kemampuannya ini telah dibuktikan dengan berbagai pencapaian dan penghargaan yang diraihnya. Pada 2021, dinobatkan sebagai penulis aktif tingkat Nasional dan guru aktif literasi tingkat nasional. Di bidang pembelajran kreatif berbasis digital, seluruh karya dan inovasinya pernah ditanyakan di TVRI Nasional pada program Inspirasi Indonesia, akhir 2022 lalu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Warisan Behaviorisme Bagi Pendidikan Kontemporer

26 Februari 2024   13:15 Diperbarui: 26 Februari 2024   13:19 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Y. B. Inocenty Loe

Di era yang super cerdas dan pengetahuan tanpa batas ini, siapapun dapat mengakses informasi kapan dan dimana saja. Kemajuan teknologi, AI, Big data dan sebagainya, memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dibentuk tidak hanya dari ruang kelas. Meskipun demikian, muncul kecenderungan untuk bersantai-santai atau bermalas-malas. Banyak pembelajar yang enggan semakin masif dan sistematis untuk belajar dan berselancar dalam mencari pengetahuan.

Baca juga: Nilai atau Belajar?

Berhadapan dengan situasi keenganan untuk belajar, teori behaviorisme dapat menjadi pendekatan dalam menyesuaikan kemajuan teknolodi di satu sisi dan motivasi untuk belajar. Secara umum, teori ini menegaskan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai akibat interaksi antara stimulus dan respon.  

Edward Lee Throndike, adalah seorang tokoh psikologi dan ahli teori belajar. Menurutnya, belajar adalah proses pembiasaan. Menariknya, kualitas sebuah perilaku tidak ditentukan oleh apa yang ia lakukan tetapi oleh kebiasaan perilakunya. Perubahan dalam pendidikan ditentukan oleh proses pembiasaan yang berulang-ulang. Perilaku, pengetahuan dan keterampilan dapat menjadi kompentensi ketika diakukan berulang-ulang. Misalnya, materi yang sulit dapat diulang terus menerus tentu akan dengan mudah dipahami.

John Broadus Watson, seorang ahli psikologi Amerika serikat. Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Dalam eksperimenya, seorang anak berusia 11 tahun dimasukkan ke dalam sebuah ruangan isolasi dan diperdengarkan suara gemuruh dari hasil pukulan baja. Anak tersebut menangis karena ketakutan. Selanjutnya setiap kali suara gemuruh dibunyikan, muncul seekor tikus. 

Anak tersebut takut pada tikus meskipun suara gemuruh ditiadakan. Eksperimen ini menunjukkan bahwa lingkungan sangat mempengaruhi. Perilaku sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Suksesi pembentukan pengetahuan dan keterampilan dalam dunia pendidikan sangat dipengaruhi bagaimana pengaturan lingkungan belajar. Ketika lingkungan diatur sedemikian rupa untuk kepentingan belajar, tentu saja ini akan mendorong proses seseorang untuk belajar.

Ivan Petrovich Pavlov. Dalam eksperimennya ia membuktikan bahwa belajar dapat mempengaruhi perilaku yang selama ini tidak dapat dikendalikan. Dalam eksperimennya pada seekor anjing. Setiap kali menunjukkan makanan, anjing tersebut akan mengeluarkan air liur. Lain lagi, setiap kali memberikan makanan akan diperdengarkan bunyi lonceng. 

Anjing tersebut akhirnya terbiasa bahwa bunyi lonceng berarti akan makan. Ini membuktikan bahwa pemberian stimulus sangat efektif membentuk perilaku tertentu. Dalam pembelajaran, pemberian reward efektif dapat membangkitkan semangat seseorang untuk terus belajar.

Meskipun behaviorisme ini dianggap sebagai ilmu yang cukup tradisional dalam pendidikan, namun gagasanya masih aktual untuk dipraktekkan dalam dunia pendidikan kontemporer. Setidaknya memberikan pendekatan dalam mendorong pembelajar untuk terus belajar dan meningkatkan kompentensi diri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun