Banyak tradisi adat dan budaya di wilayah sumatera barat yang berangsur-angsur hilang ditelan roda peradaban yang semakin maju dan berkembang.
Seperti Randai,"Saluang","Sarak talam"Â dan mungkin budaya "lalok di surau' juga sudah tidak ada lagi akhir-akhir ini.
Tetapi itu tidak semua berlaku bagi masyarakat Bukittinggi, khususnya warga Magek,teritorial yang berbatasan langsung dengan daerah Kamang yang terkenal dengan pahlawannya Tuanku Nan Renceh.
Salah satu yang sampai hari ini masih di laksanakan adalah "pai maanta kawa"(red-mengantarkan makanan beserta minuman untuk pekerja yang biasanya sedang berada di sawah). Di mana tradisi tersebut merupakan suatu kebiasaan masyarakat dahulu dikala petani disawah dikirim "biasanya" oleh istrinya baik makanan ataupun minuman yang disebut Kawa. Jamaknya kawa diantar tatkala waktu istirahat para petani sekitar pukul 10 pagi atau jam 3 sore.
Istilah minum kawa ini dulu bermula dari seringnya petani membuat daun kawa yang sudah kering menjadi minuman dikala istirahat di sawah daun Kawa adalah sejenis dengan daun Kopi. Mungkin sebagian daerah di indonesia terutama Jawabarat tradisi ini biasa disebut 'ngeteh'
kini tradisi itu berkembang,bukan hanya petani disawah saja yang dapat antaran minum kawa. Para pekerja yang sedang melakukan kegiatan gotong royongpun mendapat jatah antaran minum kawa oleh amai-amai(red-ibu-ibu) yang diantar secara bersama-sama menuju tempat dilakasanakannya kegiatan gotong royong.
Paket Kawa pun sekarang beraneka ragam makanan yang lezat, ada Ketan,"pinyaram"kalamai","singgang ayam" dan tak lupa pula buah Pisang sebagai makanan penutup.
Sebagai anak minang kelahiran Magek saya sangat berharap semoga tradisi ini masih akan terus berlanjut dimasa akan datang.
Di samping banyak manfaat positif yang bisa diambil, juga bisa membangkitkan kenangan indah pada suasana kampung yang telah lama tidak terjejaki.