Mohon tunggu...
Azhar Vilyan
Azhar Vilyan Mohon Tunggu... Wiraswasta - laki-laki yang suka sendiri dan kadang juga menulis puisi

Aku hanya seonggok materi yang diterbangkan oleh keajaiban. WA-082311124888 (Ing 786)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Pai Maanta Kawa

17 Februari 2019   14:13 Diperbarui: 17 Februari 2019   18:04 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber photo facebook ali syukri

Banyak tradisi adat dan budaya di wilayah sumatera barat yang berangsur-angsur hilang ditelan roda peradaban yang semakin maju dan berkembang.
Seperti Randai,"Saluang","Sarak talam" dan mungkin budaya "lalok di surau' juga sudah tidak ada lagi akhir-akhir ini.

Tetapi itu tidak semua berlaku bagi masyarakat Bukittinggi, khususnya warga Magek,teritorial yang berbatasan langsung dengan daerah Kamang yang terkenal dengan pahlawannya Tuanku Nan Renceh.

Salah satu yang sampai hari ini masih di laksanakan adalah "pai maanta kawa"(red-mengantarkan makanan beserta minuman untuk pekerja yang biasanya sedang berada di sawah). Di mana tradisi tersebut merupakan suatu kebiasaan masyarakat dahulu dikala petani disawah dikirim "biasanya" oleh istrinya baik makanan ataupun minuman yang disebut Kawa. Jamaknya kawa diantar tatkala waktu istirahat para petani sekitar pukul 10 pagi atau jam 3 sore.

Istilah minum kawa ini dulu bermula dari seringnya petani membuat daun kawa yang sudah kering menjadi minuman dikala istirahat di sawah daun Kawa adalah sejenis dengan daun Kopi. Mungkin sebagian daerah di indonesia terutama Jawabarat tradisi ini biasa disebut 'ngeteh'

kini tradisi itu berkembang,bukan hanya petani disawah saja yang dapat antaran minum kawa. Para pekerja yang sedang melakukan kegiatan gotong royongpun mendapat jatah antaran minum kawa oleh amai-amai(red-ibu-ibu) yang diantar secara bersama-sama menuju tempat dilakasanakannya kegiatan gotong royong.

Paket Kawa pun sekarang beraneka ragam makanan yang lezat, ada Ketan,"pinyaram"kalamai","singgang ayam" dan tak lupa pula buah Pisang sebagai makanan penutup.

Sebagai anak minang kelahiran Magek saya sangat berharap semoga tradisi ini masih akan terus berlanjut dimasa akan datang.
Di samping banyak manfaat positif yang bisa diambil, juga bisa membangkitkan kenangan indah pada suasana kampung yang telah lama tidak terjejaki.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun