Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Timnas PSSI Korban Hyperreality Stasiun Televisi Nasional

27 Desember 2010   01:27 Diperbarui: 15 Juli 2018   08:00 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: shutterstock)

Berbagai pujian sampai sanjungan yang dialamatkan ke Timnas PSSI yang akan berlaga di final Piala AFF 2010 ternyata membuat banyak orang terlena. Bahkan, aroma politik dan agama (Islam) menjadi bagian dari sanjungan kepada tim sepakbola yang ditaburi 'bintang' naturalisasi.

Maka, ketika Timnas PSSI memakai Garuda yang merupakan lambing negara di kostum saya langsung teringat kepada 'tragedi' 1992. Ketika itu final Piala Thomas Cup. Tim Thomas Cup Indonesia yang ketika itu benar-benar jagoan di dunia ternyata takluk juga di tangan tim Thomas Cup Malaysia pada partai final di Stadion Negara, Kuala Lumpur, Malaysia dengan skor 3-2.

Ketika itu pendukung Malaysia meneriakkan: “Garuda Falls” sambil menjatuhkan spanduk ukuran raksasa bertuliskan “Garuda Falls” ....

Hal yang sama juga terjadi pada seorang petinju asal Timur Tengah yang menuliskan kata 'Islam' di bagian bokong celannya ketika berlaga di ring. Petinju itu kalah. Kekalahan itu mengesankan kekalahan Islam.

Mimpi buruk benar-benar terjadi. Minggu, 26 Desember 2010, PSSI kalah telak 0-3 dari kesebelasan Malaysia.

Untunglah tidak ada lagi teriakan “Garuda Falls”.

Teriakan itu sangat menyayat hati karena mengesakan negara yang runtuh. Konstum olahraga biasanya memakai logo persatuan olahraga dan bendera negara tersebut.

Maka, ketika 'Garuda' kalah mengesankan negara Indonesia runtuh. Berbeda halnya jika bendera yang dipakai sebagai lambing di kostum karena bendera lebih dekat dengan pemerintah(an).

'Kejayaan' dan 'kekuatan' Timnas PSSI merupakan bentuk hiperrealitas (hyperreality).

Kekuatan Timnas terhadap kesebelasan Malaysia diukur dari kemenangan PSSI lawan Malaysia di babak penyisihan dengan skor 5-1. Tidak ada realistis di sini karena kekuatan kesebelasan Malaysia yang berlaga di babak penyisihan itu bukan kekuatan penuh karena Malaysia sudah memastikan diri masuk semifinal.

Akibatnya, kemenangan telak itu dianggap sebagai 'keperkasaan' Timnas PSSI. Ini merupakan hyperreality karena tidak menggambarkan kekuatan kesebelasan Malaysia yang sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun