Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tes HIV Negatif, Bukan Karena HIV Tidak Ada Lagi di Darah

4 November 2013   05:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:37 1363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanya Jawab AIDS No 2/November 2013

Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan ke “AIDS Watch Indonesia” (http://www.aidsindonesia.com) melalui: (1) Surat ke PO Box 1244/JAT, Jakarta 13012, (2) Telepon (021) 4756146, (3) e-mail aidsindonesia@gmail.com, dan (4) SMS 08129092017. Redaksi.

*****

Tanya: (1) Jika tes pertama saya dinyatakan positif HIV, lalu setelah minum obat hasil tes negatif, apakah saya sudah bebas HIV? (2) Apakah masih menular jika kelak saya punya istri? (3) Apakah pada saat jendela HIV (masa jendela-pen.) bisa diobati? Saya lihat banyak sekali obat herbal dan bukti-bukti pasien yang sembuh total. (4) Apakah hal itu benar? (5) Bagaimana dengan pasien yang sembuh total dengan tes HIV laboratorium yang tadinya positif lalu setelah melakukan terapi herbal hasil tes negatif setelah dites ulang dua kali? (6) Apakah itu hanya rekayasa? (7) Saya ingin berobat tapi masih sangat takut.

Via SMS (28/10-2013) dari Kota “C”, Jabar

Jawab: (7) Banyak orang yang salah kaprah tentang status HIV/AIDS (apakah sudah tertular HIV atau belum tertular HIV) dan pengobatan HIV/AIDS.

Pertama, seseorang berisiko tertular HIV/AIDS jika ybs. pernah melakukan perilaku berisiko, al. pernah atau sering melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK).

Kedua, bagi yang pernah melakuka perilaku berisiko, maka dianjurkan segara tes HIV. Tes HIV lebih baik dilakukan di Klinik VCT di rumah sakit umum kerena dilakukan sesuai dengan standar prosedur operasi tes HIV yang baku, al. konseling sebelum dan sesudah tes, informed consent (persetujuan tes HIV setelah memahami HIV/AIDS), anomimitas (contoh darah tidak diberi tanda-tanda yang bisa menunjukkan pemilik darah), dan konfidensial (hasil tes dirahasiakan hanya boleh diketahui konselor, dokter dan ybs.).

Ketiga, tes HIV akurat jika dilakukan setelah masa jendela yaitu minimal tiga bulan setelah tertular. Dalam hal ini tiga bulan setelah melakukan perilaku berisiko. Tes HIV dengan reagen ELISA bukan mencari virus HIV dalam darah, tapi mencari antibody HIV yang baru bisa dideteksi ELISA setelah tiga bulan tertular HIV.

Keempat, jika hasil tes positif, maka tidak otomatis meminum obat. Sekarang sudah ada obat HIV/AIDS. Tapi, bukan menyembuhkan. Obat tsb. yaitu obat antiretroviral (ARV) hanya untuk menekan laju pertumbuhan HIV di dalam darah. Obat ARV diminum oleh pengidap HIV/AIDS jika CD4-nya sudah di bawah 350. Ini diketahui melalui tes darah di laboratorium.

(1) dan (2) Jika melakukan tes HIV yang perlu diperhatikan adalah (a) masa jendela yaitu tertular HIV di bawah tiga bulan, (b) reagen yang dipakai untuk tes, (c) tes konfirmasi (setiap hasil tes HIV harus dikonfirmasi dengan tes lain).

Tiga hal itu merupakan patokan dalam tes HIV sehingga hasil tes HIV bisa saja negatif palsu (HIV ada di dalam darah tapi tidak terdeteksi) atau positif palsu (HIV tidak ada dalam darah tapi hasil tes positif).

Jika yang terjadi pada Anda adalah negatif palsu tentulah kelak bisa menularkan kepada istri. Jika istri tertular ada pula risiko penularan ke bayi yang dikandung istri.

(3), (4), (5), dan (6) Belum ada satu pun jenis virus yang bisa dimatikan di dalam tubuh manusia. Jika seseorang flu, misalnya, yang bisa diobati hanya symptom (gejala yang muncul), seperti deman, pilek, batuk,dll. Sedangkan virus flu obat hanya bisa membuat virus ini ‘pingsan’ sehingga tidak mengganggu lagi. Tapi, ketika kondisi tubuh jelek virus flu kembali muncul dan mengakibatkan demam, flu, batuk,dll.

Pengobatan dengan obat ARV baru dilakukan pada pengidap HIV/AIDS jika CD4-nya di bawah 350. Ini bisa diketahui setelah ybs. menjalani tes  HIV dengan hasil positif. Kalau ada gejala-gejala terkait HIV/AIDS setelah dinyatakan positif HIV barulah dilakukan tes darah untuk mengetahui CD4.

Jika seseorang mengaku hasil tes HIV-nya negatif setelah minum obat herbal itu tidak berarti virus HIV tidak ada lagi di dalam darahnya. Dengan meminum obat ARV secara teratur pun pada satu saat hasil tes HIV akan negatif. Tapi, itu artinya HIV tidak bisa dideteksi bukan tidak ada karena HIV bersembunyi di bagian-bagian khusus dalam tubuh, seperti kelenjar, dengan kondisi ’tidur’.

Tapi, ketika seorang pengidap HIV/AIDS berhenti minum obat ARV maka virus HIV akan kembali menggandakan diri yang berakibat banyak sel darah putih yang rusak sehingga sistem kekebalan tubuh rusak. Pada kondisi inilah disebut masa AIDS dan sangat mudah kena panyakit. Penyakit-penyakit yang diderita pengidap HIV/AIDS di masa AIDS, disebut infeksi oportunistik, seperti jamur di mulut, ruam, diare, TBC, dll. akan menjadi penyebab kematian pada pengidap HIV/AIDS.***

- AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap

[Sumber: http://www.aidsindonesia.com/2013/11/tes-hiv-negatif-bukan-karena-hiv-tidak.html]

1383519005793196176
1383519005793196176

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun