Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Risiko Tertular HIV/AIDS Lewat Ciuman dan Seks Oral Jika Sedang Sariawan

19 Mei 2014   16:45 Diperbarui: 4 April 2017   18:07 15190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Repro: lidestyle.kompasiana.com

* Seks oral merupakan salah satu bentuk variasi hubungan seksual, bahkan pada pasangan suami-istri, sehingga perlu diperhatikan kesehatan rongga mulut,  seperti sariawan, agar tidak ada risiko penularan penyakit. Salah satu obat sariawan adalah "Kuldon Sariawan". “Apakah saya sudah tertular HIV/AIDS?”

Ada apa gerangan?

Rupanya, banyak orang yang merasa berisiko tertular HIV/AIDS karena berciuman ketika menderita sariawan. Memang, ketika seseorang mengidap sariawan itu artinya ada ‘perlukaan’ di rongga mulut, seperti di lidah, langit-langit, dll.

Sebagai virus HIV masuk ke dalam tubuh al. melalui luka-luka mikroskopis (luka yang tidak kasat mata seperti perih ketika berkumur-kumur setelah gosok gigi). Beruntunglah yang berciuman ketika sariawan karena konsentrasi virus di dalam air ludah tidak cukup untuk ditularkan. Jika luka-luka karena sariawan ada darah maka itu artinya ada risiko.

Bisa Disembuhkan

Namun, luka-luka di rongga mulut ketika sariawan bisa saja jadi pintu masuk penyakit yang terdapat dalam air ludah, seperti virus hepatitis B.

Selain risiko penularan penyakit saat sariawan melalui ciuman, ada pula risiko penularan penyakit melalui seks oral, yaitu fellatio (penis masuk ke mulut, disebut juga blow job) dan cunnilingus (mulut dan lidah ke vagina) ketika sariawan. Luka-luka di rongga mulut dan lidah karena sariawan bisa menjadi pintu masuk bagi HIV ketika yang dioral ejakulasi di dalam rongga mulut atau mulut dan lidah bersentuhan dengan cairan vagina yang mengandung HIV/AIDS. Risiko penularan HIV bisa terjadi karena konsentrasi virus (HIV) di dalam air mani  dan cairan vagina bisa untuk ditularkan.

Biar pun sariawan tidak masuk dalam kategori penyakit berbahaya, tapi banyak masalah yang muncul ketika seseorang mengidap sariawan. Misalnya, sakit ketika makan dan menelan, serta cara berbicara terganggu sehingga merusak penampilan, dll. Sariawan terjadi, seperti yang disampaikan oleh Dr drg Dewi Priandini, SpPM, pada acara “Kompasiana Nangkring bersama Kuldon Sariawan” di Jakarta, 17/5-2014, karena keadaan ulserasi inflamasi mukosa di rongga mulut.

Itulah sebabnya hampir semua orang pernah mengalami sariawan. Namun, Dr Dewi mengatakan bahwa belum diketahui secara pasti faktor penyebab sariawan. Itu artinya bisa banyak faktor yang menyebabkan sariawan. Yang jelas sariawan menimbulan ketidaknyamanan pada rongga mulut.

Menurut Dr Dewi, perempuan lebih banyak menderita sariawan jika dibandingkan dengan laki-laki di kalangan sosial ekonomi menengah.

Ada beberapa faktor yang mendorong sariawan, yaitu alergi, trauma, makanan dan minuman, genetik, mikro organisme, streptococcus dan virus.

Salah satu gejala yang sangat khas pada penderita HIV/AIDS yang sudah masuk masa AIDS (secara statistik terjadi setelah tertular HIV antara 5-15 tahun) adalah sariawan, lesi dan jamur di rongga mulut. Tapi, gejala itu terkait dengan infeksi HIV jika penderita mengidap HIV/AIDS.

Bisa Disembuhkan

Genetika juga bisa mempengaruhi kerentanan terhadap sariawan. Misalnya, kalau ayah dan ibu sering sariawan maka risiko anak-anak menderita sariawan mencapai 90 persen. Jika orang tua tidak sering menderita sariawan, maka risiko sariawan pada anak-anak hanya 20 persen. Tapi, “Ya, tidak perlu menylahkan orang tua karena dapat penyakit warisan,” pinta Dr Dewi.

Dr Dewi benar karena secara medis sariawan bisa disembuhkan. Selain mengeliminasi faktor-faktor yang menjadi penyebab sariawan, secara medis dilakukan pengobatan terhadap simptomatik (gejala yang kelihatan) dan memberikan obat yang bisa mendorong penyembuhan dan mengurangi rasa sakit.

Salah satu obat yang bisa diandalkan untuk menyembuhkan sariawan adalah tablet “Kuldon Sariawan” yaitu tablet herbal yang bisa meredekan sariawan yang diproduksi oleh PT Deltomed Laboratories di Wonogiri, Jawa Tengah. Tablet herbal ini yang pertama dan satu-satunya di Indonesia.

Belakangan ini semboyan “back to nature” terus menggema. Itu pulalah yang menjadi pijakan Deltomed untuk memproduksi obat-obatan berbahan dasar herbal. “Saat ini sudah menjadi trend masyarakat meminum obat-obatan dari herbal karena khasiatnya setara dengan obat-obatan konvensional,” kata dr Abrijanto SB, Business Development Manager PT Deltomed Laboratories di acara “Kompasiana Nangkring bersama Kuldon Sariawan”.

Banyak jenis tanaman yang ada di sekitar kita yang bisa dijadikan bahan membuat obat. Sebut saja daun saga, bunga kirsan, akar alang-alang, dll. Namun, yang diperlukan cara mengolah herbal menjadi obat agar tidak menimbulkan efek toksin (racun) yang justru membahayakan kesehatan.

Itulah sebabnya Deltomed menerapkan cara pembuatan obat tradiosional yang baik (CPOTB) berdasarkan ketentuan pemerintah dan menerapkan standar internasional ISO9001-2008, dan standar-standar lain terkait dengan produksi obat.

Deltomed sendiri bermula dari industri rumahan penghasil obat-obar herbal yang berasal dari sari tumbuh-tumbuhan alami di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada tahun 1976.

Berkat pengolahan obat herbal yang sesuai dengan standar baku, kini produk-produk Deltomed, seperti Kuldon Sariawan, Antangin, dll. tidak hanya dipasarkan di dalam negeri tapi juga sudah diekspor ke Malaysia, Arab Saudi, Amerika Serikat, Hong Kong, dan Brunei Darussalam.

Maka, biar pun sariawan dianggap hanya sebagai panyakit di rongga mulut, tapi karena ada kaitannya dengan risiko penularan lain pada beberapa kegiatan keseharian, seperti ciuman, maka: “Segeralah obati Sariawan dengan tablet Kuldon Sariawan.”***[Syaiful W. Harahap]***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun