Dalam "Laporan Eksekutif Perkembangan HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) Semester 1 Tahun 2024" yang dikeluarkan oleh Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes (tanpa tanggal), menunjukkan ada
10 provinsi dengan jumlah penemuan kasus HIV+ tertinggi periode semester 1 (Januari-Juni) 2024, Â yaitu:
- Jawa Timur: 4.867
- Jawa Barat: 4.792
- Jawa Tengah: 3.049
- DKI Jakarta: 2.498
- Sumatera Utara: 1.672
- Banten: 1.204
- Papua: 1.129
- Sulawesi Selatan: 1.048
- Bali: 976
- Papua Tengah: 842
Sedangkan jumlah kasus HIV+ secara nasional yang terdeteksi pada semester 1 yaitu periode Januari -- Juni tahun 2024 yaitu sebanya 31.564. Jumlah ini diperoleh dari 3.182.913 warga yang jalani tes HIV yang baku.
Dari 31.564 warga yang terdeteksi HIV+ sebanyak 23.375 jalani pengobatan dengan obat antiretroviral (ART).
Indonesia memiliki jumlah infeksi HIV baru terbesar keempat per tahun di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) perkirakan ada 73.000 kasus infeksi HIV baru per tahun. Angka ini hanya tertinggal dari China, India, dan Rusia (aidsmap.com, 4/9/2018).
Itu artinya prediksi WHO tidak jauh dari kasus yang dilporkan. Kalau semester 1 saja ditemukan 31.564 kasus HIV+, maka setahun atau dua semester bisa terdeteksi 63.128.
Sedangkan jumlah kasus HIV yang dilaporkan sejak tahun 1987 -- 2023 sebanyak 566.707 dan 162.512 AIDS. Jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS sebanyak 729.219.
Lagi pula jumlah yang dilaporkan tidak menggambarkan jumlah kasus yang sebenarnya di masyarakat karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es.
Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan atau terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat Gambar).