Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Medan Pilihan

Gubernur Sumut Seyogianya Ajak Laki-laki yang Seks dengan Bocah JA untuk Jalani Tes HIV

22 September 2022   18:15 Diperbarui: 22 September 2022   18:46 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Matriks: Kondisi korban kekerasan seksual yang dijadikan sebagai objek sehingga powerless dan voiceless. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Kegiatan jajaran Pemprov Sumut, termasuk Gubsu Edy Rahmayadi, hanya terpusat kepada JA.

Dalam berita disebutkan: Pemprov Sumut melalui beberapa OPD terkait sudah melakukan penanganan dan pendampingan terhadap korban, di antaranya Dinas Sosial Sumut, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), dan Dinas Kesehatan.

Padahal, ada persoalan besar terkait dengan penyebaran HIV/AIDS di Kota Medan oleh laki-laki yang menularkan HIV/AIDS ke JA dan laki-laki yang tertular HIV/AIDS dari JA.

Baca juga: Penyebaran HIV/AIDS di Kota Medan Terkait dengan JA Korban Perkosaan yang Terdeteksi Idap HIV/AIDS

Memang, melakukan tracing terhadap laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan JA melawan hukum dan merupakan perbuatan yang melanggar hak asasi manusia (HAM). Tetapi, jika dikaitkan dengan epidemi HIV/AIDS di Kota Medan mereka itu bisa diajak untuk menjalani tes HIV secara sukarela dengan merahasiakan identitas.

Matriks: Penyebaran HIV/AIDS dari anak perempuan JA pengdap HIV/AIDS korban perkosaan di Kota Medan. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Penyebaran HIV/AIDS dari anak perempuan JA pengdap HIV/AIDS korban perkosaan di Kota Medan. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Untuk itulah Pemprov Sumut dan Pemkot Medan bisa mengajak media massa dan media online untuk mengulas kasus JA secara komprehensif dengan memberikan gambaran risiko penularan HIV/AIDS.

Tentu saja media juga memaparkan langkah untuk menjalani tes HIV secara sukarela dengan menyebut tempat-tempat tes HIV yang dirujuk serta jaminan kerahasiaan. Perlu juga mengulas biaya tes HIV di pusat layanan kesehatan (Pusyankes), seperti Puskesman dan rumah sakit umum daerah (RSUD).

Dalam berita ada pernyataan: Ketua Yayasan Peduli ADHA, Saurma Siahaan mengatakan, ada pemberitaan yang terlalu vulgar menyebutkan status korban. Bahkan ada pemberitaan yang menyebutkan lokasi rumah aman tempat korban berada.

Hal itu terjadi karena beberapa faktor, misalnya, wartawan tidak bisa membawa fakta terkait JA ke ranah realitas sosial dengan peliputan yang memakai perspektif.

Selain itu wartawan menempatkan JA sebaga objek dengan kondisi powerless (tak berdaya) dan voiceless (tak didengar). Yang dikhawatirkan banyak orang justru menyalahkan JA seperti pada banyak kasus pelecehan dan kekerasan seksual (Lihat matrik posisi korban sebagai objek).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Medan Selengkapnya
Lihat Medan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun