Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Human Interest, Jokowi Desak-desakan di KRL

7 Maret 2019   09:44 Diperbarui: 7 Maret 2019   13:49 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi berbaur dengan penglaju di KRL dari Sta Tanjung Barat tujuan Bogor, 6/3-2019 (Sumber: news.detik.com/dok. Istimewa)

Proximity yaitu seberapa dekat kejadian atau peristiwa terhadap pembaca dari segi geografis dan psikologis.

Prominence yaitu seberapa terkenal atau tenar subjek yang terkait dengan kejadian atau peristiwa dengan pembaca.

Human interest yaitu ketertarikan antar sesama (manusia) tentang suatu kejadian atau peristiwa yang menyangkut orang luar biasa dalam kondisi biasa atau sebaliknya orang biasa dalam keadaan luar biasa.

Berita tanpa nilai ibarat makhluk (hidup) tanpa ruh. Maka, unsur-unsur layak berita sangat penting agar berita mempunyai ruh [KBBI: sesuatu (unsur) yang ada dalam jasad yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup (kehidupan)]. Setelah memenuhi satu atau lebih unsur layak berita penulisan pun dilengkapi dengan kelengkapakan berita yang dikenal sebabagai 5W + 1H (what, who, why, where, when dan how).

Terkait dengan berita Jokowi desak-desakan di KRL mengandung semua unsur berita. Yang lebih kuat justru human interest. Sebagai seorang presiden Jokowi menempatkan diri sebagai orang bisa yaitu penglaju yang naik KRL. Pengawalan tetap ada karena amanah UU, tapi dengan cara-cara yang tidak mencolok.

Di bagian lain berita news.detik.com Maruli mengatakan tentang keingingan Jokowi naik KRL: "Betul, agar lebih dekat dengan masyarakat, agar bisa berkomunikasi langsung, contohnya hal-hal seperti 'kami setiap hari begini pak, kalau bisa ditambah gerbong pak'."  Terkait pengamanan Jokowi selaku VVIP, Maruli mengatakan bahwa masyarakat di KRL sudah secara naluriah melindungi Jokowi.

Kaca Mata Kebencian

Tentu saja akan lain halnya bagi orang dengan kaca mata kebencian (the haters') mereka akan mengabaikan latar belakang media, khususnya media massa dan media online yang taat asas, menulis peristiwa Jokowi naik KRL yaitu berdasarkan unsur-unsur layak berita, terutama human interest yang jadi nilai khusus bagi wartawan. Soalnya, berita yang memenuhi unsur human interest tidak terjadi setiap hari. Berbeda dengan berita lain, apalagi yang bersumber dari pejabat dan kejadian setiap saat bisa ditulis.

Seperti yang dilontarkan oleh Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum DPP Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean, ketika media massa dan media online menampilkan Presiden Jokowi mengamati dampak tsunami di pantai barat Banten (24/12-2018). Melalui cuitan di akun Twitter Ferdinand menulis: Jujur...!! SAYA MUAK DENGAN INI SEMUA..!!," (makassar.tribunnews.com, 25/12-2018). Itu artinya sebagai aktivis parpol orang ini tidak memahami jusnalistik dan kaca mata yang dia pakai adalah kebencian (the haters').

Jika memakai nalar, maka kritiklah media-media tsb. Tanya mengapa mereka memuat tulisan dan foto Presiden Jokowi yang mengamati kerusakan akbat tsunami. Bukan menghujat Jokowi karena semua itu tidak diminta apalagi diatur oleh Jokowi dan pemerintah.

[Baca juga: Jokowi Versus “Orgasm Journalistic”]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun