Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pemuda Kurus Ini Malu Diomongin Kena AIDS

31 Januari 2019   06:36 Diperbarui: 31 Januari 2019   07:08 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: conspot.news)

Tanya Jawab AIDS No 9/Januari 2019

Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarluaskan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar semua pembaca bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. 

Tanya-Jawab AIDS ini dimuat di: "AIDS Watch Indonesia" (http://www.aidsindonesia.com) dan kompasiana.com/infokespro. Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan ke Syaiful W. Harahap, melalui: (1) Telepon (021) 8566755, (2) e-mail: aidsindonesia@gmail.com, (3) SMS 08129092017, dan (4) WhatsApp:  0811974977. Redaksi.

*****

Tanya:  Begini saya dengar ada yang ngomongin saya kena AIDS. Saya gak mau diomongin gitu. Lalu saya pergi periksa. Hasilya non-reaktif. (1). Apakah saya harus periksa ulang? Saya mau pastiin gitu, Pak. Saya gak mau dipermalukan gitu, Pak. Dengan tes ulang justru saya mau buktiin kalau saya kena HIV apa gak, gitu, Pak. (2). Maaf ya, Pak, kalau orang kena HIV, apakah bisa sembuh? Kalau udah non realtif itu berarti saya gak ada penyakit HIV, ya kan, Pak. Saya malu, Pak, diomongin orang. Saya juga yakin saya gak mungkin ada penyakit gituan (HIV/AIDS-peng.). (3). Kalau badan kurus emangnya ada penyakit HIV, ya, Pak?

Pemuda "Zzz" di Jakarta via WA (23/1-2019)

Jawab: Memang, tidak enak diomongin apalagi dikait-kaitkan dengan HIV/AIDS yang sampai sekarang masih saja jadi sasaran stigma (cap buruk) dan diskriminasi (perlakuan berbeda).

Pertanyaan yang sangat mendasar adalah: Apakah Saudara pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti atau dengan perempuan yang sering ganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK)?

Kalau jawabannya "TIDAK" maka Saudara aman karena tidak ada risiko tertular HIV/AIDS. Tapi, kalau jawabannya "YA" itu artinya Saudara berisiko tertular HIV/AIDS.

(1). Soal hasil tes HIV ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (a). Apakah tes HIV dilakukan di tempat yang ditentukan oleh pemerintah, dalam hal ini Kemenkes RI?, dan (b). Apakah ketika tes HIV hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, terakhir Saudara lakukan tiga bulan sebelum tes HIV?

Perlu diperhatikan tempat tes HIV agar sesuai dengan anjuran WHO (Badan Kesehatan Dunia PBB). Tempat tes HIV yang dirujuk adalah Klinik VCT di Puskesmas dan rumah sakit daerah. Kalau tes HIV dilakukan di bawah tiga bulan dari hubungan seksual terakhir, maka hasilnya tidak akurat. Tes HIV bukan mencari virus (HIV) di dalam darah, tapi mendeteksi antiboby HIV yang baru ada setelah tiga bulan tertular HIV.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun