Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hari Pangan Sedunia 2018, Grup Danone Memasyarakatkan Kedelai sebagai Alternatif Sumber Nutrisi

25 Oktober 2018   09:42 Diperbarui: 25 Oktober 2018   10:53 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi), usai melaksanakan sholat Jumat di Masjid Sunda Kelapa, Jalan Taman Sunda Kelapa, Menteng, mampir makan di warung tegal milik ibu H Junah (6/4/2012). Jokowi panggilan akrab Walikota Solo itu makan nasi hanya dengan sambal dan lauk tempe goreng dan minum teh pahet anget. (Sumber: TRIBUN JAKARTA/FX Ismanto)

Seiring dengan pertambahan penduduk dunia  yang mendorong kriris pangan, terutam pangan utama seperti nasi, sudah saatnya warga dunia memanfaatkan sumber pangan alternatif sebagai sumber protein yang juga kaya akan nutrisi.

Kelaparan bukan hoax. Badan PBB yang menangani makanan dan pertanian (FAO-Food and Agriculture) menyebutkan 815 juta penduduk dudnia berhadapan langsung dengan kelaparan. Biar pun sejak Orde Baru pemerintah selalu mengatakan Indonesia surplus  beras, tapi laporan Global Health Index 2018 menempatkan Indonesia pada peringkat ke-73 dari 119 negara yang berahadapan  serius dengan kelaparan.

Dalam pidato di "Rumah Transisi" di Menteng, Jakarta Pusat, 28 September 2014, presiden terpilih Jokowi Widodo (Jokowi) mengatakan dalam 3-4 tahun kepemimpinannya dengan Jusuf Kalla sebagai wakil presiden swasembagan akan tercapai dengan dukungan pembangunan dan dan waduk (baranews.co, 29/9-2014). 

Persoalan yang dihadapi Jokowi adalah pembangunan dam dan waduk yang lambat, al. karena keterbatasan dana. Pemerintah menargetkan pembangunan 65 bendungan pada priode 2015-2018 sehingga jumlah bendungan jadi 231. Dengan kondisi ini Indonesi akalah jauh dari Cina yang mempunyai  110.000 bendungan dan AS dengan 6.1000. Dengan Jepang saja kita kalah banyak. Dengan luas wilayah seperempat wilayah Nusantara di Jepang ada 3.000 bendungan (kompas.com, 30/7-2018).

Dengankan kondisi tsb. salah satu langkah bijak adalah dengan sajian pangan alternatif tapi berkualitas yaitu kedelai atau soya. Dalam kaitan inilah Grup Danone di Indonesia memasyarakatkan kedelai sebagai makanan alternatif untuk dikonsumsi secara seimbang, terutama untuk anak-anak dalam masa tumbuh-kembang. Dengan tema #ZeroHunger Grup Danone menyelenggarakan "Media & Bloggers Gathering: Kedelai/Soya sebagai Alternatif Pangan Bernutrisi" di Taman Kajoe, Cilandak, Jakarta Selatan, 24/20-2018.

Langkah Grup Danone ini seiring dengan realitas sosial terkait kedelai yaitu kedekatan masyarakat dengan makanan dan minuman yang diolah dengan bahan dasar kedelai, seperti tempe, tahu, dan susu kedelai. Makanan yang terbuat dari kedelai merupakan bagian dari menu makan masyarakat sehari-hari.

Suasana media & blogger gathering: (dari kiri) Prof Dr Ir Made Astawan MS, Dr Ida Gunawan MS, dan pemandu acara (Foto: Syaiful W. Harahap)
Suasana media & blogger gathering: (dari kiri) Prof Dr Ir Made Astawan MS, Dr Ida Gunawan MS, dan pemandu acara (Foto: Syaiful W. Harahap)
Prof Dr Ir Made Astawan MS, guru besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fak Teknologi Pertanian, IPB Bogor, dalam acara gathering memaparkan sumber protein yang bermanfaat bagi kesehatan dari kedelai. Kedelai sebagai bahan pangan, menurut Prof Made, mengandung protein (40 persen), karbohidrat (25 persen), lemak (22 persen), dan serat (8 persen). "Soya juga bisa jadi alternatif protein yang dikonsumsi bersama protein hewani," kata Prof Made.

Masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan makanan yang terbuat dari kedelai dalam bentuk makanan padat (tempe dan tahu) dan cair (kecap dan susu). Data skor Protein Digestability Corrected Amino Acid (PDCAA) kedelai mempunyai skor 0,90 -- 1,00. Nilai ini jauh lebh tinggi jika dibandingkan dengan beras, jagung dan terigu.

Prevalensi kasus kanker payudara di Cina dan Jepang sangat rendah jika dibandingkan dengan negara lain, termasuk Indonesia. Ini bisa terjadi, seperti dikatakan oleh Dr Ida Gunawan MS, ahli gizi klinis, karena perempuan di Cina dan Jepang bangun tidur langsung minum susu kedelai. Tapi, menurut Dr Ida Gunawan, ketika perempuan Cina dan Jepang jadi imigran di Eropa dan Amerika prevalensi kanker payudara justru meningkat. Soalanya, "Di sana mereka meninggalkan kebiasaan minum susu kedelai," kata Dr Ida Gunawan pada acara gathering.

Dalam kaitan itulah Dr Ida Gunawan, berharap agar masyarakat Indonesia bisa mengenalkan makanan dengan bahan dasar kedelai kepada anak-anak karena kalau diberikan setelah remaja akan sulit diterima sebagai makanan alternatif. Pada fase kritis tumbuh-kembang anak, menruut Dr Ida Gunawan, kecukupan nutrisi sangat diperlukan. Salah satu di antaranya adalah komponen protein hewani dan nabati. "Soya bisa jadi alternatif protein untuk anak," ujar Dr Ida Gunawan sembari mengingatkan agar konsumsi makronutrien seimbang dengan mikronutrien.

Ragam makanan olahan berbahan dasar kedelai (Sumber: bisnisukm.com)
Ragam makanan olahan berbahan dasar kedelai (Sumber: bisnisukm.com)
Adapun Grup Danone di Indonesia memilih memasyarakatkan kedelai sebagai pangan alternatif karena kesehatan sangat dekat dengan Danone melalui semboyan "One Planet One Health". "Kami percaya pangan baik adalah yang berasal dari bumi," kata Arif Mujahidin, Corporate Comminication Director Danone Indonesia. Sehubungan dengan "Hari Pangan Sedunia" Danone Indonesia menjalankan edukasi dengan skala nasional tentang pemenuhan nutrisi yang sangat penting dalam kaitan ini dengan sumber protein alternatif yaitu kedalai atau soya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun