Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kelulusan SMA dan MA di Jakarta, Antara Coret-coret dan Torehan Nilai UN Terbaik

7 Mei 2018   07:49 Diperbarui: 7 Mei 2018   08:38 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: harian.analisadaily.com)

Kelulusan SMA di Jakarta dijadikan oleh sebagian besar pelajar yang selesai menalani Ujian Nasional (UN) sebagai arena hura-hura dengan kegiatan yang kontraproduktif. Coret-coret kemeja dan rambut serta mengendarai sepeda motor dengan cara-cara yang melawan hukum.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Dinas Pendidikan DKI Jakarta meilis hasil UN SMA/MA di Jakarta. Kompas.com (4/5-2018) menerbitkannya dengan judul berita "Hasil UN SMA, Ini 5 Besar UN Terbaik DKI Jakarta".

Hasil UN yang ditampilkan memberikan gambaran ril tentang sikap dan perilaku siswa-siswi sekolah-sekolah yang menorehkan nilai UN terbaik.  

Aksi coret-coret kemeja putih dan bawahan abu-abu serta rambut dengan cat semprot diperkirakan sudah mulai jadi 'adat buruk' pelajar di Jakarta sejak tahun 1990-an. Bukan hanya di Jakarta ulah buruk pelajar itu sudah terjadi banyak daerah di Indonesia.

Ulah pelajar ini pun sudah sering jadi bahan perbincangan, diskusi,dll. serta pernah pula dicoba untuk dialihkan dengan tujuan produktif yaitu mengumpulkan kemeja siswa-siswi yang lulus untuk disumbangkan.

Tapi, tetap saja mereka mencoret-coret kemeja putih yang memakai lambang OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) dan rambut karena kemeja mereka tidak hanya satu. Itu artinya sama saja dengan 'menggantang asap' karena ajakan agar menghentikan coret-coret kemeja tidak berhenti sampai sekarang.

dok.pribadi
dok.pribadi
Coret-coret kemeja dan rambut ini merasuki pelajar SMA ketika ujian berakhir. Nama ujian akhir SMA/MA pun disebut dengan memakai akronim yaitu Ebtanas (evaluasi belajar tahap akhir nasional). Dalam perjalanannya Ebtanas selanjutnya diganti nama jadi ujian nasional juga dengan akronim "UN". Pada awalnya Ebtanas dan UN jadi momok bagi pelajar karena terjadi hal yang bagi mereka tidak masuk akal yaitu siswa-siswi unggulan di sekolah bisa tidak lulus UN.

Ajakan untuk menghentikan coret-coret kemeja seakan tak bergaung sehingga perilaku buruk tsb. terus menjadi kebiasaan yang membumi di kalangan siswa-siswi SMA. Selepas coret-coret pakaian dan rambut mereka pun konvoi memakai sepeda motor tanpa memakai helm dengan membunyikan klakson dan sering pula jadi biang kesemrawutan lalu lintas di jalan raya yang mereka lalui.

Pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud sudah saatnya melakukan gebrakan nasional yang bisa mengalihkan kebiasaan buruk itu. Artinya, pelajar diajak menorehkan nilai yang bagus sebagai hasil belajar di sekolah yang diumumkan di saat kelulusan bukan melakukan coret-coret pakaian.

Merayakan kegembiraan dan mengucapkan rasa syukur bukan dengan hura-hura, tapi dengan menorehkan nilai hasil UN terbaik. Perlu ditanamkan sejak dini bahwa kegembiraan dan rasa syukur adalah dengan menghasilkan nilai terbaik bukan hura-huta di jalan raya mengganggu ketertiban umum.

Mungkin "pola asuh" di kelas sudah saatnya diubah. Selama ini yang diperhatikan guru adalah murid yang paling pintar dan paling bodoh atau murid yang paling nakal dan paling baik. Akibatnya, murid-murid yang ada di tengah-tengah luput dari perhatian sehingga muatan pelajaran yang disampaikan pun tidak merata.

Entah sampai kapan coret-coret kemeja berlambang OSIS akan terus terjadi. Kita berharap ada langkah-langka komprehensif Kemendikbud yang bisa menghentikan kebiasaan buruk itu dan beralih ke persaingan menghasilkan nilai UN terbaik. *

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun