Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

AIDS di Brebes Bukan Penderita Baru, tapi Kasus yang Baru Terdeteksi

16 Januari 2018   09:57 Diperbarui: 16 Januari 2018   10:38 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagi pula dalam epidemi HIV/AIDS kasus HIV/AIDS pada kalangan LSL atau laki-laki gay adalah terminal terakahir karena mereka tidak punya perempuan sebagai pasangan tetap sehingga HIV tidak akan menyebar ke masyarakat. HIV hanya berputar di komunitas LSL.

Ini pernyataan Ismawan: "Jumlahnya penderita baru tiap tahunnya meningkat dan kami terus berupaya meningkatkan penemuan penderita melalui screening kelompok risiko." Yang lebih pasti yang meningkat adalah jumlah kasus yang baru terdeteksi, sedangkan penderita baru atau yang baru tertular tidak bisa diketahui.

Ada lagi pernyataan: Golongan LSL ini menurutnya memang paling rentan, dan kini kecenderungannya sudah mulai menjalar di kalangan remaja. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya kaum LSL remaja dan sudah ada yang positif HIV/AIDS.

Pernyataan ini tidak akurat karena kerentanan tertular HIV melalui hubungan seksual bukan karena orientasi seksual, tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual yaitu salah satu mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom. Kalau yang dimaksud rencan karena cara melakukan hubungan seksual yaitu seks anal, maka suami istri pun ada yang melakkan seks anal. Laki-laki heteroseksual pun melakukan seks anal dengan waria. Itulah sebabnya banyak kasus HIV/AIDS terdeteksi pada ibu rumah tangga karena suami mereka selain melacur juga ada yang melakukan seks anal dengan waria.

Disebutkan lagi: Sejauh ini, penanganan dan pencegahan penderita HIV/AIDS menghadapi banyak kendala, antara lain masih minimnya kesadaran penderita untuk berobat. Padahal selama ini pemerintah daerah memberikan fasilitas gratis dalam pengobatan penderita HIV/AIDS.

Penanggulangan HIV/AIDS yaitu mencegah penularan baru bukan karena 'masih minimnya kesadaran penderita untuk berobat' tapi karena tidak ada program yang ril di hulu yaitu menurunkan insiden infeksi HIV pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual dengan PSK melalui intervensi yang memaksa laki-laki memakai kondom setiap kali melakukan hubungan seksal dengan PSK. Secara ril PSK sendiri dikenal ada dua tipe, yaitu:

(a). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan.

(b). PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), dll.

Penanganan pada poin 1 tidak bisa dilakukan intervensi karena praktek PSK langsung tidak dilokalisir. Sedangkan pada poin 2 jelas tidak tidak bisa diintervensi karena transaksi seks terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu.

Ketika epidemi HIV/AIDS sudah ada di masyarakat langkah konkret penanggulangan bukan lagi hanya sekedar sosialisasi dan kampanye bahaya HIV/AIDS karena hal itu sudah dilakukan sejak awal epidemi HIV/AIDS di Indonesia yaitu tahun 1987. Lagi pula ada rentang waktu yang panjang antara menerima sosialisasi dan kampanye dengan kesadaran sehingga bisa saja di rentang waktu itu terjadi penularan HIV melalui perilaku berisiko.

Anjuran tes HIV yang dilanjutkan dengan pengobatan dengan obat antiretroviral (ARV) adalah kegiatan di hilir. Artinya, warga dibiarkan dulu tertular HIV baru menjalani tes HIV dan mengkuti program ART (pengobatan dengan ARV).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun