Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pintu Vihara Terbuka bagi Odha

9 Februari 2011   16:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:45 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Catatan: Artikel ini saya tulis sepuluh tahun yang lalu yang merupakan hasil liputan ke Mendut untuk reportase (waktu itu) di Tabloid "MUTIARA" Jakarta. Bahan saya olah kembali untuk keperluan newsletter "WartaAIDS" yang diedarkan di berbagai kalangan terkait dengan penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Ini untuk gambaran bagi agama-agama lain dalam bersikap jika kelak terjadi ‘ledakan' AIDS di Indonesia.

Melihat stigma yang melekat pada Odha (Orang dengan HIV/AIDS) tidak tertutup kemungkinan kelak akan ada Odha yang luntang-lantung. Baik karena tidak mampu membayar biaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit atau pun karena dikucilkan keluarga serta masyarakat.

Jika hal itu tidak diantisipasi tentulah bisa menimbulkan masalah besar. Agaknya, kita perlu melihat Thailand dalam menangani Odha. Berbagai pihak, termasuk vihara, membuka pintu bagi Odha. Vihara Phrabat Namphu, sekitar 175 km ke arah utara Bangkok, misalnya, merupakan salah satu vihara yang membuka pintu bagi Odha.

Menurut bhikkhu Vannyavaro, vihara Mendut, Jawa Tengah, kesediaan vihara membuka diri bertolak dari filosofis Buddha tentang kepedulian sosial yang diwujudkan Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (Magabudhi) dalam bentuk program nyata yaitu menangani orang yang sudah divonis mati, Odha dan korban narkotik.

Untuk itulah diharapkan vihara dapat membantu Odha dan orang yang sudah 'ditolak' dokter (hopeless). Di vihara sendiri mereka bukan mengikuti program pengobatan atau penyembuhan, tapi untuk membantu kondisi psikologis mereka menghadapi deritanya.

Vihara sudah merintisnya dengan mendirikan 'Pondok Damai'. Di sinilah mereka yang sudah hopeless itu meninggal dengan tenang. Selain mengurangi beban keluarga, penderita sendiri dapat menjalani kehidupan dengan damai di vihara. Bagaimana pun, bagi Vannyavaro tidak akan menyelesaikan masalah kalau hanya dengan menyingkirkan penderita. Bahkan, hal itu akan berdampak negatif bagi penderita.

Odha, pencandu narkotik dan orang yang sudah hopeless hendaknya tidak dikucilkan. Dalam kaitan inilah ummat Buddha diharapkan dapat merawat mereka dengan penuh kasih sayang (metta-karuna). Buddha melihat semua kejadian yang dialami manusia merupakan konsekuensi dari perilakunya.

Jadi, setiap perbuatan akan ada risikonya. Maka, ummat Buddha pun tidak akan melihat penyebab suatu penyakit tapi mereka justru ingin mengulurkan tangan untuk membantu dan meringankan derita karena suatu penyakit. Artinya, uluran tangan itu merupakan suatu kesempatan bagi setiap orang untuk meringankan penderitaannya. Kehidupan dunia merupakan kehidupan tahap pertama untuk menuju ke kehidupan berikutnya sehingga diharapkan kelanjutan hidup setelah kematian bisa dijalani dengan tenang.

Untuk mencapai tahap itu seseorang harus dalam keadaan tenang dan tenteram ketika menghembuskan nafasnya yang terakhir, sehingga mereka tidak mempunyai pikiran yang melihat dirinya hidup di alam penderitaan. Dari sisi psikologis buddhis berharap agar di akhir hayat seseorang pikirannya harus tenang yang merupakan kunci ke kehidupan berikutnya yang juga diharapkan tenang.

Kesediaan vihara itu bertolak dari ajaran Kitab Suci Tripitaka Pali yaitu keharusan melayani bukan dilayani. Kesediaan itu pun tidak hanya terbatas bagi umat Buddha saja, tapi juga untuk semua ummat. Keharusan melayani itu akan menjadi kenyataan dengan mewujudkan Desa Punna Kiriya (Sepuluh Macam Kebajikan) dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat.

Walaupun semua baru pada tahap tekad, tapi dengan melihat kenyataan yang ada, khususnya yang dialami Odha, kesediaan vihara ini tentu saja sangat positif. Kesiapan ini, sebenarnya dapat disebut sebagai upaya menyongsong malapetaka. Jadi, untuk mengantisipasinya diperlukan berbagai cara yang tepat. Mulai dari tata cara penyampaian informasi, penyuluhan dan kegiatan yang terkait dengan cara merawat Odha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun