Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Timnas PSSI Korban Hyperreality Stasiun Televisi Nasional

27 Desember 2010   01:27 Diperbarui: 15 Juli 2018   08:00 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: shutterstock)

'Kekuatan' Timnas PSSI dan 'kelemahan' kesebelasan Malaysia diumbar oleh media massa, terutama televisi. Hampir sepanjang hari ada informasi (bukan berita karena tidak akurat) tentang Timnas PSSI,

Acara infotainment pun tidak mau ketinggalan. Wawancara dengan aktor dan artis dibumbui dengan celotehan tentang Timnas PSSI. Pujian dan 'analisis' dari artis pun muncul.

Padahal, dari aspek jurnalistik yang berkompeten menganalisis Timnas PSSI adalah orang yang terkait langsung deengan teknik sepakbola, seperti pelatih dan dosen olahraga.

Sanjungan terhadap Timnas PSSI kian tidak realistis karena dibumbui pula dengan politik dan agama.

Kabarnya, Timnas PSSI dibawa sowan ke ulama. Bahkan, ada pula pondok pesantren dan kelompok pengajian yang berdoa untuk kemenangan Timnas PSSI.

Terkait dengan doa saya teringat pada 'tragedi' kekalahan PSSI di babak penyisihan Piala Dunia di Bangkok di tahun 1980-an.

Pertandingan itu disiarkan “TVRI”secara langsung dengan komentaror penyiar TVRI, Sambas. Waktu tinggal 10 menit. Sambas berkomentar (kira-kira begini): Suadara-saudara, mari kita berdoa agar PSSI menang.

PSSI kalah. Gagal ke babak berikutnya.

Waktu itu Prof Dr Anton M. Meoliono, pakar bahasa di Pusat Bahasa Depdikbud, berkomentar: Kalau hanya mengandalkan doa tentulah Cina yang selalu menjadi juara.

Mengapa?

Karena yang berdoa di Cina lebih dari satu miliar. Angka ini belum termasuk Cina di perantauan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun