Mohon tunggu...
Inezia Sukonco
Inezia Sukonco Mohon Tunggu... Lainnya - Blog

Mahasiswa Komunikasi Universitas Atma Jaya

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Cinta dan Janji pada Tuhan dalam "Ave Maryam" (2018)

19 Oktober 2020   18:26 Diperbarui: 19 Oktober 2020   18:34 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber: Tangkapan layar sendiri
Sumber: Tangkapan layar sendiri

Paradigma dalam Ave Maryam

Menurut Harmon dalam Muslim (2018), paradigma diartikan sebagai sebuah cara dasar untuk melakukan adanya persepsi, berpikir, dan menilai sesuatu yang berhubungan dengan realitas.

Dalam film Ave Maryam ini, penggunaan paradigma fenomenologi sangat ditekankan dalam film. Paradigma ini memandang manusia sebagai sebuah fenomena. Paradigma ini memiliki objek spesifik yaitu pengalaman dari seseorang. Dalam kasus kita, pengalaman Maryam lah yang menjadi objek pembahasan.

Menurut Smith dalam Hajaroh (2010), ada 2 maksud dari pengalaman yang disebutkan di atas, yaitu

  • Setiap pengalaman merupakan sebuah ekspresi dari kesadaran individu itu sendiri. Ia memahami secara sadar akan sesuatu. Contohnya seperti Maryam meninggalkan biara pada malam hari untuk pergi bersama dengan Pastur Yosef.

Sumber: Tangkapan layar sendiri
Sumber: Tangkapan layar sendiri
  • Setiap kesadaran juga selalu merupakan sebuah kesadaran atas sesuatu yang lain. Contohnya seperti Maryam yang menyadari bahwa dari setiap pengalaman dirinya dengan Pastur Yosef, ia juga menyadari bahwa ia melakukan itu dikarenakan ia juga jatuh hati dengan Pastur Yosef.

Sumber: Tangkapan layar sendiri.
Sumber: Tangkapan layar sendiri.

Distribusi film yang rumit

Dari 3 proses yang terjadi, yaitu produksi, distribusi, dan konsumsi, sebuah film, untuk film Ave Maryam ini, kita akan membahas lebih spesifik pada proses dari distribusi film ini ke dalam masyarakat.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, film ini memiliki tema yang bisa dibilang sensitif untuk masyarakat Indonesia. Hal ini menjadi salah satu penyebab rumitnya proses distribusi film ini ke dalam masyarakat.

Salah satu tugas seorang distributor film adalah untuk mengatur dan membayarkan sertifikasi untuk film itu sesuai dengan persyaratan yang telah dikeluarkan oleh Lembaga Sensor Film, sebelum dirilis ke dalam masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun