Mohon tunggu...
Indro Bagus Satrio Utomo
Indro Bagus Satrio Utomo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Judgement Day

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Vernal Equinox, Selamat Tahun Baru Freemason Sedunia

22 Maret 2014   00:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:38 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13953992041237821925

Bagi yang berlangganan TV Kabel atau jaringan komunikasi elektromagnetik lainnya, mungkin sempat terkena gangguan sinyal yang cukup parah sejak kemarin, Kamis 20 Maret 2014. Saking parahnya, sampai-sampai tayangan terhenti sejenak.

Hawa udara yang panas disertai sinar matahari yang begitu menyengat mungkin juga membuat sebagian bertanya-tanya “Tumben panas banget ya hari ini?”

Tak usah penasaran. Semua itu terjadi akibat adanya peristiwa alam rutin yang menyebabkan energi kosmik dari luar angkasa yang menembus atmosfer planet Bumi meningkat sangat tinggi.

Adalah sejajarnya Matahari dengan nol derajat atau garis khatulistiwa yang menjadi dalang. Peristiwa ini dikenal sebagai Vernal Equinox atau dalam bahasa modernnya Spring Vernal Equinox, dibedakan dari Autumn Vernal Equinox. Spring Vernal Equinox umumnya jatuh antara tanggal 20 – 23 Maret setiap tahunnya, sedangkan Autumn Vernal Equinox jatuh antara tanggal 22 – 25 September setiap tahunnya.


[caption id="attachment_327751" align="aligncenter" width="558" caption="Garis Edar Matahari"][/caption]

Saya yakin gambar di atas telah diketahui sebagian besar masyarakat yang mengenyam pelajaran Fisika sejak masih di tingkat SD. Dan saya yakin banyak juga yang mengetahui bahwa Matahari berada di garis Khatulistiwa 21 Maret adalah penanda dimulainya Musim Panas di Khatulistiwa, bersamaan dengan dimulainya Musim Semi (tanam/panen) di belahan Bumi Utara (khususnya di atas 23,5’ LU), bersamaan juga dengan dimulainya Musim Gugur di belahan Bumi Selatan (khususnya di bawah 23,5’ LS). Demikian juga dengan perubahan musim yang terjadi secara silih berganti seiring bergesernya Matahari, saya yakin banyak yang mengetahuinya.

Tapi saya yakin, sedikit yang mengetahui bahwa dahulu, setidaknya sebelum dimulainya Kalender Julian (Julius Caesar), Vernal Equinox (Spring) adalah penanda dimulainya periode baru alias pergantian tahun. Yes, pada masa sebelum Julius Caesar menambahkan 80 hari sebelum Vernal Equinox (Spring), tahun baru di banyak peradaban kuno adalah pada hari yang saat ini disebut 21 Maret. Dulunya tahun baru jatuh pada 1 Maret dimana setelah perubahan kalender Julian, tanggal 1 Maret itu berubah menjadi 21 Maret.

Julius Caesar menambahkan 80 hari dan 2 bulan tambahan (Januari dan Februari) sebelum Maret serta mengubah periode tahun baru menjadi 1 Januari. Sebetulnya penambahan 80 hari dan 2 bulan baru ini lebih dilakukan atas tindakan politis, bukan atas dasar periodisasi alam.

Dahulu, sebelum Kalender Julian, masyarakat perdaban kuno Mesir, Sumeria, Babilon dan sebagainya menempatkan periode tahun barunya pada hari yang sekarang dilabeli sebagai 21 Maret, bertepatan dengan Vernal Equinox (Spring). Kenapa bisa begitu?

Jawabannya sebetulnya mudah. Masyarakat di peradaban lampau menghitung waktu berdasarkan tanda-tanda alam. Vernal Equinox (Spring) menjadi penanda bagi kelahiran baru (musim tanam dan musim panen baru). Perlu diingat, pada masa lampau, kebanyakan perdaban berada di bagian utara planet Bumi, sehingga ketika Matahari jatuh tepat di atas kepala pada penduduk Khatulistiwa, mereka baru saja melihat Matahari di sekitar 45’ dari cakrawala. Panas matahari yang mereka terima, setelah melalui musim dingin, secara perlahan mencairkan es dan menyuburkan kembali tanah-tanah untuk ditanami maupun dipanen.

Itulah kenapa mereka menjadikan Vernal Equinox (Spring) sebagai penanda bergantinya periode tahunan, bahwa satu siklus telah dilalui. Bagi masyarakat belahan bumi utara, tahun dimulai dengan periode musim Semi -> Panas -> Gugur -> Dingin -> Semi dan terus berulang.

Kesimpulannya, masyarakat di masa lampau (sebelum sistem kalender Julian), periode acuan waktu didasarkan pada siklus dan mekanisme alam. Mereka menjaga keselarasan dengan gerak alam semesta. Seperti prinsip Tao yang diajarkan Lao Tse, Yin Yang, menjaga keselarasan dengan mekanisme alam.

Malah masyarakat Sumeria kuno (bagian dari peradaban Mesopotamia dalam klasifikasi sejarah dan arkeologi), memiliki budaya yang sangat menarik. Anak-anak bangsa Sumeria cenderung lahir pada periode yang sama, yakni akhir Musim Dingin atau kalau agak terlambat di awal Musim Semi. Rata-rata antara Februari hingga Maret. Kok bisa begitu?

Bangsa Sumeria mengetahui bahwa Musim Semi adalah saatnya bercocok tanam dan memanen. Oleh karena masyarakat saat itu masih bergantung pada pertanian, maka cara terbaik menghasilkan produksi pertanian yang optimal adalah apabila semua penduduk berada dalam keadaan prima ketika masuk musim Semi.

Maka sistem regenerasi Sumeria dibangun dengan menyediakan pekan ritual hubungan seksual antar masing-masing pasangan suami – istri pada saat Matahari berada di atas kepala mereka yaitu pada koordinat 23,5’ Lintang Utara (LU) yang berarti musim Panas.

Alasannya, periode bercocok tanam dan memanen hanya mereka miliki selama 3 bulan antara 21 Maret hingga 22 Juni, sehingga memasuki musim Panas sudah tidak ada yang bisa dipanen. Penduduk yang ingin memiliki anak dapat mengikuti pekan ritual seks untuk keperluan regenerasi antara 22 Juni hingga akhir Juni. Harapannya adalah, pada masa musim Panas – Gugur – Dingin, kehamilan terjadi (9 bulan) dan lahir sebelum musim Dingin berakhir, sehingga pada Musim Semi berikutnya, anak sudah lahir dan orangtua laki-laki bekerja di ladang, orangtua perempuan meramu hasil panen di dapur.

Mereka, Sumeria adalah peradaban kuno, tapi masalah regenerasi saja sudah diatur atas kesepakatan bersama untuk kepentingan menjaga kelangsungan produksi negara. Sumeria memang masyarakat yang sangat matematis. Sistem angka juga dikembangkan secara maju oleh bangsa Sumeria, baik dalam sistem perhitungan hasil Panen, hingga periodisasi tahun, musim hingga soal regenerasi tadi. Sistem 1 menit adalah 60 detik dan 1 jam adalah 60 menit diadopsi dari sistem numerisasi bangsa Sumeria.

Jadi wajar saja kalau mereka juga sudah mampu menghitung pergerakan Matahari dan datangnya musim. Bangsa Sumeria juga sudah mengenal apa yang disebut sistem Kurban. Yes, kurban seperti yang nantinya dijalankan oleh Ibrahim dan umat Islam sekarang. Hanya saja, waktu berkurban bagi mereka adalah pada 22 Juni, ketika Matahari tepat di atas kepala mereka pada 23,5’ LU.

Landasannya adalah, pada periode 21 Maret hingga 21 Juni (Musim Semi), mereka banyak membunuh tanaman untuk logistik, sehingga dalam sistem reliji mereka dikembangkan apa yang disebut sebagai pengembalian atau pengorbanan terhadap apa-apa yang sudah diambil. Mereka beranggapan bahwa untuk kebutuhan memenuhi logistik mereka mengambil banyak dari alam (panen), maka memasuki musim Panas, berakhirnya musim Semi (panen), mereka merasa perlu mengorbankan sedikit dari yang mereka ambil kepada penguasa alam semesta.

Sistem kurban ini yang kemudian dikembangkan oleh Ibrahim yang hijrah dari Mesopotamia (Ur Chasdim) ke tanah Kanaan dan Jazirah Arab. Ibrahim hijrah karena tidak cocok dengan sistem politik yang dikembangkan oleh Namrud atau Nimrod II dan memutuskan keluar membangun sistemnya sendiri di Kanaan dan Jazirah Arab.

Ibrahim disebut sebagai orang yang membangun Kabah (Cube, Kubus), bangunan pusat umat Islam. Namun beberapa literatur menyebutkan kalau Ibrahim membangun kembali bangunan yang sudah pernah ada namun sudah hancur. Beberapa sejarahwan menyebut sebelum digunakan sebagai pusat ibadah / kiblat oleh Muhammad, Kabah pada zaman Ibrahim juga berfungsi sebagai Kuil Dewa Waktu. Dalam terminologi Yunani, nama dewa yang menguasai waktu adalah Kronos (asal kata kronologi) atau Saturnus dalam budaya Romawi.

Kenapa ia disebut sebagai Kuil Dewa Waktu? Rupanya karena posisi Kabah yang berada di koordinat 21,5’ LU. Sejumlah ilmuwan percaya bahwa ketika zaman Ibrahim, batas peredaran matahari di belahan utara bukan di 23,5’ LU seperti sekarang, tetapi di 21,5’ LU (bertepatan dengan titik koordinat Kabah.

Hipotesa yang mereka bangun, Kabah pada zaman Sumeria, Babilon, Mesir Kuno, Akaddian, Kish, Susha, Sodom, Gomorah dan sebagainya, digunakan sebagai monumen untuk menentukan tanggal jatuhnya Matahari di batas terutara. Momentum ini sangat penting, karena bagi masyarakat Pertanian yang akrab dengan sistem perhitungan peredaran Matahari, jatuhnya Matahari di batas terutara menandakan berakhirnya musim Semi dan dimulainya musim Panas.

Apa artinya? Artinya adalah, saatnya menghentikan panen lalu saatnya berkurban. Bagi masyarakat Sumeria, juga menandai dimulainya pekan seks antar pasangan suami – istri untuk keperluan regenerasi yang diatur periodenya oleh negara.

Ada yang menyebut, itulah sebabnya Muhammad menyebut bahwa ritual Haji sudah dilakukan jauh sebelum masa hidupnya, juga sebelum masa hidup Ibrahim, karena memang Kabah dulunya digunakan oleh berbagai bangsa di Timur Tengah hingga Mesir sebagai acuan jatuhnya Matahari di batas paling utara (penanda akhir musim Panen dan dimulainya musim Panas).

Dan seperti yang Muhammad juga terapkan, masa Haji bersamaan dengan masa kurban. Artinya ini cocok dengan pola budaya Sumeria dan sekitarnya, yaitu Haji (ritual datang ke Kabah) dilakukan bersamaan dengan periode Kurban, karena ketika Matahari jatuh di atas Kabah, maka menandakan berakhirnya panen dimana masyarakat mengambil banyak dari alam, lalu berkurban sebagai penghormatan dan terima kasih terhadap apa-apa yang telah diberikan untuk bertahan hidup.

Namun apabila hipotesa sejumlah sejarahwan dan ahli sejarah agama ini benar adanya, maka yang masih membingungkan saya adalah kenapa Muhammad mengubah tradisi Haji dan Kurban menjadi jatuh pada 10 Dzulhijah (kalender bulan) yang tidak didasarkan pada pergerakan Matahari.

Kesimpulannya, pada masa lampau, Kabah digunakan sebagai patokan jatuhnya Matahari di batas terutara sebagai penanda berakhirnya musim Semi dan dimulainya musim Panas, yang diiringi oleh ritual mengunjungi Kabah (Haji) serta Kurban oleh masyarakat kuno Jazirah Arab, Mesir, Mesopotamia dan Pra-Yunani.

Ada 1 fakta lagi yang saya juga yakin banyak pihak belum tahu apa arti 21 Maret bagi sejumlah kelompok di era modern ini. Pernah dengar kelompok Freemason, Rosicrucian atau Subud (Susila Budi Darma, asli Indonesia namun memiliki anggota di 86 negara). Ketiganya adalah kelompok sejenis sufisme. Bukan kebetulan, saya adalah anggota di tiga organisasi (kalau boleh disebut organisasi) tersebut.

Setelah memasuki ketiga organisasi itu, saya baru tahu bahwa masih ada yang menggunakan 21 Maret sebagai periode penting. Subud tidak menjadikan itu sebagai sistem kalender apalagi Tahun Baru. Namun organisasi Subud menjadikan 21 Maret sebagai peristiwa penting yang rutin dirayakan di Pontianak, biasanya dihadiri oleh anggota-anggota dari 86 negara.

Untuk Freemason dan Rosicrucian, 21 Maret masih digunakan sebagai penanda kalender atau Tahun Baru. Dalam sistem kalender Freemason dan Rosicrucian, 21 Maret 2014 adalah pergantian tahun menjadi tahun 3.365.

Patokan dasar sistem kalender Freemason dan Rosicrucian adalah kelahiran Akhenaten pada tahun 1.351 SM (sebelum masehi). Sedikit lain konteks, istilah Sebelum Masehi atau dalam bahasa inggrisnya BC atau Before Christ sekarang sudah berganti menjadi BCE atau Before Common Era, karena ada perdebatan soal kelahiran Yesus / Isa Almasih yang berdasarkan salah satu penelitian ternyata jatuh pada tahun 3 Masehi, sehingga patokan kalender Masehi pun menjadi tidak sinkron lagi dan supaya tidak membingungkan, istilahnya diganti menjadi BCE.

Akhenaten merupakan tokoh besar dalam sejarah dunia, mesir, Islam, Yahudi juga kelompok Freemason dan Rosicrucian. Akhenaten bernama lahir Amenhotep IV, anak dari Amenhotep III. Akhenaten merupakan tokoh Monoteis pertama yang tercatat dan terbukti eksistensinya dalam sejarah. Akhenaten mengubah namanya dari Amenhotep IV menjadi Abdi Aten (Akhenaten) setelah ia naik tahta dan menghapus sistem agama politeistik Mesir dengan menggulingkan kekuasaan Amon Ra yang selama ini dianggap Dewa Tertinggi Mesir. Amon Ra merupakan gabungan manusia (Amon) dengan tuhan (Ra) yang kemudian menjadi pemimpin para dewa mesir.

Akhenaten percaya bahwa Tuhan adalah Tunggal dan semua materi, termasuk para dewa yang disembah orang-orang mesir ketika itu sebagai ciptaan semata dari Tuhan yang sesungguhnya, Aten. Tuhan Aten yang dibawa Akhenaten kepada bangsa Mesir merupakan konsep tuhan yang bersifat ilahian, sumber cahaya tunggal. Identik dengan kosakata IL (bahasa sumeria) yang artinya Sumber Cahaya atau Cahaya Tunggal. Kata IL kemudian diadopsi oleh banyak bangsa menjadi IL-Lah, Isma-IL, Isra-IL dan sebagainya.

Mengadopsi konsep ketuhanan IL dari Sumeria dan Mesopotamia (asal muasal ajaran Ibrahim), Akhenaten menghapus sistem politeistik Mesir dan mengganti Mesir dalam sistem reliji 1 Tuhan. Perlu diketahui bahwa Adam, Idris (Enoch), Nuh, Hud (Thoth, Hermes), Saleh, Ibrahim, Ismail, Ishak, Israil (Yakub), Yusuf dan Musa tidak ditemukan bukti eksistensinya. Sejarah hanya bisa membuktikan eksistensi nama-nama tersebut berdasarkan nama Raja, kerajaan, daerah yang disebutkan sejaman dengan masa hidup nabi-nabi tersebut.

Sementara Akhenaten memiliki bukti eksistensinya di Mesir. Akhenaten adalah suami dari Nefertiti yang kesohor. Itulah sebabnya kenapa banyak sejarahwan dan ahli sejarah agama menyebut tokoh monoteis pertama (yang terbukti secara metode sejarah dan arkeologi) adalah Akhenaten.

Didasarkan pada alasan yang sama pula, organisasi Freemason dan Rosicrucian menempatkan Akhenaten sebagai tokoh besar dan menjadikan tahun kelahirannya sebagai penanda dimulainya sistem kalender.

Menggabungkan antara penghormatan terhadap sang Monoteis pertama yang terbukti dalam sejarah dan arkeologi, Akhenaten, digabungkan dengan penggunaan sistem penanggalan 21 Maret sebagai penanda pergantian tahun yang masih selaras dengan mekanisme alam, Freemason dan Rosicrucian se-dunia hari ini merayakan Tahun Baru ke 3.365.

Vernal Equinox, Selamat Tahun Baru Freemason dan Rosicrucian Se-Dunia !


Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun