Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Inspirasi Pagi, Mie Ayam Kampung

14 Oktober 2015   08:52 Diperbarui: 14 Oktober 2015   11:14 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Mie Ayam Pangsit Jamur | Foto: Indria Salim"][/caption]

Sesering mungkin saya olah raga jalan pagi, berkeliling kompleks sambil memotret apa saja yang menarik perhatian, dan memberi ide menulis.

Kadang saya mampir ke pasar tradisional di kompleks, dan belanja kecil-kecilan – dari kangkung sampai tahu tempe dan ayam. Kalau matahari sudah semakin tinggi, peluh mulai membasahi baju, maka langkah kaki saya arahkan kembali pulang.

Nah, ada saja yang ternyata membuat kepo. Suatu hari, saya melewati jalan sepanjang Ruko Asiatic, di wilayah Lippo Karawaci Barat. Ada satu restoran yang menarik perhatian, karena pagi-pagi sudah banyak orang keluar masuk tempat makan ini. Ternyata, restoran “Mie Ayam Jago” buka dari pukul 6 pagi, dan tutup pukul 6 sore. ‘Cara cerdas menjaring rezeki’, batin saya. Ternyata restoran ini memang menerima pesan antar.

[caption caption="Pangsitnya istimewa | Foto: Indria Salim"]

[/caption]

[caption caption="Nikmat | Foto: Indria Salim"]

[/caption]

Melihat menunya lumayan khusus dan unik. Menu makanan yang ditawarkan di Mie Ayam Djago antara lain bakmi/bihun/kwetiau. Tersedia juga bakso sapi, bubur ayam, soto ayam dan nasi tim. Uniknya, ada mie ayam cabe ijo, mie ayam rendang, dan tidak ada yang bernuansa “goreng”. Semua serba “rebus”. Saya pesan mie ayam pangsit jamur, ya rebus! Kuahnya bening tak berminyak, jadi kelezatan mie lebih terasa menonjol, dengan memberikan kebebasan pelanggan untuk bereksplorasi diri menambahkan pelengkap bumbu yang tersedia di meja, secara mandiri.

Mie ayamnya sendiri sudah dilengkapi dengan potongan caisim, dan sedikit rajangan daun bawang yang wangi dan segar. Ce Merry, pemilik sekaligus kasirnya tersenyum ramah, dan menyapa saya.

“Saya suka mie-nya terasa ringan di lidah dan pencernaan saya yang sensitif,” saya merespon sapaannya.

“Terima kasih, Bu. Ini masaknya tanpa MSG, lho. Kita pakai ayam kampung, dan bikin mie-nya nggak pakai abu, jadi lebih aman buat perut. Memang, jadinya tidak seperti mie lainnya yang tampak mengembang.”

[caption caption="Menu porsi keluarga | Foto: Indria Salim"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun