Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Surat Terbuka Kepada Netizen dan Masyarakat Melek Aksara Yth

2 Oktober 2018   17:56 Diperbarui: 3 Oktober 2018   06:45 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepada Para Netizen dan Masyarakat Melek Aksara yang Terhormat,

Kepada Saudara-saudara warga negara Republik Indonesia yang mulia,

Terima kasih telah peduli kemanusiaan, dengan indikasi kemeriahan hujatan dan interaksi saling serang yang berkesinambungan dalam banyak hal dari yang sepele, sampai yang mendasar dan besar. Ini tanpa kecuali juga mengenai masalah bencana, yang baru beberapa hari yang lalu meluluh lantakkan Palu, Donggala, Sulawesi Tengah dan sekitarnya. 

Mengejutkan bila kejadian yang luar biasa itu tetap tidak bisa menjadi perenungan bagi kita semua yang kondisinya KEBETULAN dalam keadaan normal, dengan rutinitas ramai lancar, dan seakan semua itu sudah dengan sendirinya menjadi hak kita untuk menikmatinya.

Bila diungkapkan dalam satu pernyataan yang mau tidak mau harus kita akui, di luar wilayah bencana Sulawesi Tengah (termasuk Donggala, Palu, dan sekitarnya) serta Lombok, saya dan Anda sekalian cukup beruntung. Beruntung karena mungkin sebagian dari kita menganggap bahwa kelancaran kehidupan kita itu sudah semestinya kita dapatkan, terlebih sebagai warga dari sebuah negara yang merdeka dan berdaulat penuh, bernama Republik Indonesia.

Kesehatan diri dan keluarga, pekerjaan, dan lain-lain termasuk sarana yang memungkinkan kita bisa menyalurkan aspirasi, mengungkapkan pemikiran atau melakukan bisnis di media sosial dan fitur-fitur berbasis internet era digital, tampaknya mendukung penuh kegiatan dan kebutuhan kita yang melek aksara, dan terkhususnya melek media sosial atau internet.

Maka disayangkan bila semua itu tidak kita gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat bagi sesama, dan sebaliknya menjadi alat efektif untuk menebar kebencian satu sama lain. Pemerintah Republik Indonesia, saya rasa sudah berusaha menjalankan tugas dalam tanggungjawab yang diembannya, melakukan apa yang harus dilakukan, termasuk menangani masalah bencana dan ini seyogyanya membuat kita peduli, atau menyadari bahwa tanpa kerjasama yang baik dari semua elemen masyarakat dan negara, maka tidak ada yang akan terselesaikan secepat yang dibutuhkan. 

Perlu kita sadari, sesungguhnya tidak ada satu pun manusia di bumi yang kebal bencana, atau juga bisa menghindari kematian, karena setiap manusia tanpa kecuali adalah sama di hadapan Tuhan Sang Maha Pencipta, itu bila kita percaya memang Sang Maha Pencipta itu ada. Itu kalau kita menyebut dan menganggap diri kita pantas menjadi umatnya yang percaya akan Kuasa-Nya.

Tahun politik atau bukan, kita akui kehidupan masyarakat khususnya netizen sarat dengan perang syaraf, perang wacana, dan lempar ujaran kebencian yang seakan tidak ada batas dan saat kadaluwarsanya. Sampai kapan kita akan terus begitu? Sampai pelantikan pemenang pilpres pun kita tahu, tampaknya tidak membuat perbedaan. Masih mending kalau semua perbedaan itu diungkapkan dalam wacana yang berdasar, tidak asal bicara dan adu sangar. Itu belum lagi menghalalkan modus fitnah, menebar hoaks, dan semacamnya tanpa peduli dampaknya pada masyarakat yang kesehariannya justru sibuk dengan kegiatan "biasa" untuk menyambung hidup bagi diri dan keluarga mereka.

Kembali soal bencana yang menimpa saudara-saudara kita di wilayah lain di Indonesia, apakah kira-kira kerugian material dan non-material, juga kehancuran hati serta trauma yang dialami warga di sana akan bisa dipulihkan cukup dengan kegaduhan kita di media sosial? Mengapa masih ada pihak yang mengail di air keruh, menebar kabar bohong yang hanya membuat orang bingung, takut, atau bila tahu itu bohong -- menyebabkan kemarahan dan kegeraman yang harusnya tidak perlu?

Republik kita dibangun atas fondasi yang tidak main-main. Sendi-sendi kehidupan diatur dalam UUD 1945, dengan falsafah bangsa yang bila dijalankan dengan baik dan konsekuen, akan membuat Indonesia menjadi negara yang semakin hari semakin disegani oleh masyarakat global. Falsafah negara yang harus kita hormati sebagai warganya, tidak lain dan tidak bukan adalah 5 sila dari Pancasila. Sampai di sini, kita tahu praktiknya tidak seindah tujuan para perumusnya yang sudah mendahului kita sekian tahun yang lalu. Apakah tidak semua orang Indonesia mencintai bangsa ini sesuai dengan UUD 1945 dan Pancasila? Entahlah. Jawabannya terpulang pada setiap masing-masing individu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun