Apakah Skin Tag berbahaya?
Jawabannya tidak, dan pada umumnya tidak akan menjadi berbahaya. Hanya saja, seperti yang saya alami, saat tidak sengaja menggosok kulit yang ada skin tags – atau terkena gesekan pakaian atau perhiasan yang saya kenakan, ada rasa terpelintir, tercubit sehingga agak sakit. Begitu menyadari hal itu, saya berhati-hati agar menghindari iritasi tak sengaja.
Jujur, sebelum mendapat penjelasan dokter spesialis kulit maupun membaca rujukan-rujukan valid, saya sempat paranoid. ‘Apakah ini gejala awal kanker kulit?’ batin saya. Apalagi waktu itu ada pemberitaan tentang Dede Si Manusia Akar, yang akhirnya meninggal awal tahun ini. Dede (Dede Koswara) mengidap penyakit yang disebut epidermodysplasia verruciformis itu selama 28 tahun terakhir. Delapan tahun sebelum meninggal, Dede sempat menjalani operasi pengangkatan kutil yang bersarang di hampir seluruh bagian tubuhnya itu. Nah, perihal Dede ini sebenarnya adalah kasus yang sama sekali berbeda.
![Dede, Si Manusia Akar |Foto: bintang.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/19/skintags-dede-manusia-akar-bintangdotcom-57b667604ff9fd166faf24a9.jpg?t=o&v=555)
Seorang peneliti bernama Crook dalam risetnya pada tahun 2000 mengungkapkan temuan terkait abnormalitas tampilan profil lipid. Lipid adalah kelompok molekul alami yang meliputi lemak, lilin, sterol, vitamin yang larut dalam lemak (seperti vitamin A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida, trigliserida, fosfolipid, dan lain-lain.
Penelitian oleh Garpelioglu pada tahun 2009 menyimpulkan bahwa pada penderita skin tag didapati mengalami peningkatan kadar kolesterol total, LDL, trigliserida, penurunan kadar HDL, dan peningkatan asam lemak (free fatty acid).
Masih banyak lagi teori soal penyebab gejala skin tags, namun sejauh ini belum ada yang tegas menyatakan penyebab pastinya. Yang jelas, begitulah yang dikatakan oleh dokter yang menangani kasus saya. Hal ini sesuai dengan informasi yang saya baca dari situs health.harvard.edu, bahwa tidak ada cara pencegahan timbulnya skin tags.
Maka sekadar untuk kenyamanan psikologis, saya berusaha menjalankan pola hidup sehat semampunya. Tidur cukup, minum air putih cukup banyak atau secukupnya, banyak konsumsi buah dan sayur, menjaga kebersihan badan, menghindari atau mengurangi makanan yang kurang disarankan dari segi kesehatan – misalnya makanan yang banyak mengandung bahan pengawet, makanan lemak tinggi, atau mengandung kolesterol tinggi, olahraga teratur – misalnya jalan kaki selama 45-60 menit tiga kali seminggu, dan sebagainya.
Demikianlah yang bisa saya tulis dalam kapasitas sebagai pasien.
Salam Kompasiana!
Referensi:
www.amelioretasante.fr