Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

"Skin Tag", Penampakan pada Kulit yang Bikin Galau

19 Agustus 2016   08:58 Diperbarui: 4 April 2017   16:57 8340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skin Tags di leher dan bahu |Foto: amalioretasante.fr

Apakah Skin Tag berbahaya?

Jawabannya tidak, dan pada umumnya tidak akan menjadi berbahaya. Hanya saja, seperti yang saya alami, saat tidak sengaja menggosok kulit yang ada skin tags – atau terkena gesekan pakaian atau perhiasan yang saya kenakan, ada rasa terpelintir, tercubit sehingga agak sakit. Begitu menyadari hal itu, saya berhati-hati agar menghindari iritasi tak sengaja.

Jujur, sebelum mendapat penjelasan dokter spesialis kulit maupun membaca rujukan-rujukan valid, saya sempat paranoid. ‘Apakah ini gejala awal kanker kulit?’ batin saya. Apalagi waktu itu ada pemberitaan tentang Dede Si Manusia Akar, yang akhirnya meninggal awal tahun ini. Dede (Dede Koswara) mengidap penyakit yang disebut epidermodysplasia verruciformis itu selama 28 tahun terakhir. Delapan tahun sebelum meninggal, Dede sempat menjalani operasi pengangkatan kutil yang bersarang di hampir seluruh bagian tubuhnya itu. Nah, perihal Dede ini sebenarnya adalah kasus yang sama sekali berbeda.

Dede, Si Manusia Akar |Foto: bintang.com
Dede, Si Manusia Akar |Foto: bintang.com
Sebenarnya kalau menurut penelitian sejauh ini, baik yang dilakukan oleh ahli di Indonesia ataupun di luar negeri – ada beragam teori penyebab skin tags, antara lain: tekanan yang persisten atau gesekan yang terus menerus pada daerah permukaan kulit, seringnya pada penderita obesitas (penelitian oleh Safoury dkk., tahun 2009).

Seorang peneliti bernama Crook dalam risetnya pada tahun 2000 mengungkapkan temuan terkait abnormalitas tampilan profil lipid. Lipid adalah kelompok molekul alami yang meliputi lemak, lilin, sterol, vitamin yang larut dalam lemak (seperti vitamin A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida, trigliserida, fosfolipid, dan lain-lain.

Penelitian oleh Garpelioglu pada tahun 2009 menyimpulkan bahwa pada penderita skin tag didapati mengalami peningkatan kadar kolesterol total, LDL, trigliserida, penurunan kadar HDL, dan peningkatan asam lemak (free fatty acid).


Masih banyak lagi teori soal penyebab gejala skin tags, namun sejauh ini belum ada yang tegas menyatakan penyebab pastinya. Yang jelas, begitulah yang dikatakan oleh dokter yang menangani kasus saya. Hal ini sesuai dengan informasi yang saya baca dari situs health.harvard.edu, bahwa tidak ada cara pencegahan timbulnya skin tags.

Maka sekadar untuk kenyamanan psikologis, saya berusaha menjalankan pola hidup sehat semampunya. Tidur cukup, minum air putih cukup banyak atau secukupnya, banyak konsumsi buah dan sayur, menjaga kebersihan badan, menghindari atau mengurangi makanan yang kurang disarankan dari segi kesehatan – misalnya makanan yang banyak mengandung bahan pengawet, makanan lemak tinggi, atau mengandung kolesterol tinggi, olahraga teratur – misalnya jalan kaki selama 45-60 menit tiga kali seminggu, dan sebagainya.

Demikianlah yang bisa saya tulis dalam kapasitas sebagai pasien.

Salam Kompasiana!

Referensi:
www.amelioretasante.fr

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun